Pertamina Bidik Pendapatan Bisnis Hijau Capai 20%, Ini Enam Sumbernya

ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/aww/Spt.
Pekerja memeriksa lokasi penerapan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) di Pertamina EP Sukowati Field, Bojonegoro, Jawa Timur, Kamis (7/12/2023). PT Pertamina (Persero) kembali mengimplementasikan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) di sumur Sukowati-18 setelah sebelumnya sukses melakukan injeksi perdana Co2 di Lapangan Jatibarang.
10/9/2024, 15.45 WIB

PT Pertamina (Persero) menargetkan proporsi pendapatan dari bisnis hijau mencapai 20 % pada 2060. Namun demikian, proporsi pendapatan Pertamina masih didominasi oleh energi fosil hingga tahun tersebut.

Berdasarkan paparan Pertamina, pendapatan perusahaan ditargetkan sebesar 50-55% dari energi fosil pada 2060. Sementara 20-25% sisanya berasal dari petrokimia.

Pada 2030, Pertamina hanya menargetkan pendapatan dari bisnis hijau sebesar 3%. Pendapatan perusahaan pelat merah tersebut masih didominasi energi fosil sebesar 80% dan petrokimia 17 %.

Senior Vice President (SVP) of Business Development PT Pertamina (Persero), Wisnu Medan Santoso, mengatakan pelaksanaan dekarbonisasi tidak selalu berbicara mengenai anggaran yang ditetapkan melainkan juga terdapat peluang untuk meraih pendapatan baru.

"Mungkin orang beranggapan bahwa dekarbonisasi itu merupakan cost, merupakan biaya. Tapi tidak sepenuhnya benar. Karena dari upaya dekarbonisasi rupanya ada uang-uang bisnis baru yang bermunculan juga," ujar Wisnu dalam acara Energizing Tomorrow: Menjawab Tantangan Transformasi Energi Menuju Net Zero Emission, Jakarta, Selasa (10/9).

Adapun enam sumber pendapatan bisnis Pertamina adalah:

1. Biofuel

Wisnu mengatakan, salah satu bisnis yang akan berkembang dalam periode dekarbonisasi adalah pemanfaatan bahan bakar yang bersumber dari nabati atau tumbuhan. Potensi bisnis biofuel akan sangat besar perananya bagi industri energi di Indonesia.

Berdasarkan data Pertamina, Indonesia berpotensi memproduksi biofuel dengan kapasitas 200 kilo barel per day (KPBD) untuk produk bahan bakar nabati.

2. Pembangkit EBT

Selain biofuel, bisnis lainya adalah potensi bisnis pembangkitan listrik terbarukan. Salah satunya adalah pemanfataan potensi panas bumi, angin, dan surya di Indonesia.

Wisnu mengatakan, Pertamina akan mengembangkan potensi energi baru terbarukan (EBT)  hinggamencapai 65 gigawatt (GW) pada 2060. Jumlah itu mencapai 15 % dari pangsa pasar di Indonesia.

3. CCS/CCUS

Menurut Wisnu, potensi bisnis carbon capture storage (CCS) di Indonesia yang sangat besar. Bisnis CCS penting setelah pemerintah Indonesia menetapkan komitmen pada Paris Agreement.

Menurutnya, menangkap karbon dari udara itu menjadi sangat penting dan  menjadi sangat kritikal. Karbon yang ditangkap tersebut disimpan dalam reservoir yang ada di dalam bumi.

"Nah Indonesia punya potensi reservoir yang sangat banyak sehingga kita bisa jadi tempat penyimpanan yang sangat baik," ujar Wisnu dalam acara Energizing Tomorrow: Menjawab Tantangan Transformasi Energi Menuju Net Zero Emission, Jakarta, Selasa (10/9).

4. Baterai kendaraan listrik

Pertamina berencana mampu memproduksi baterai dengan kapasitas hingga 80 gigawatthour (GWH) dan kapasitas produksi kendaraan roda dua mencapai 800 ribu per tahun. Selain itu, Pertamia berencana membangun 1,5 Terrawatt Hour (TWh) stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).

5. Hidrogen

Pertamina menargetkan untuk memproduksi hidrogen hingga 3 metrik ton per anum (MTPA) untuk kendaraan dan industri di Indonesia pada 2060.

6. Bisnis Karbon

Pertamina menargetkan sebanyak 20 juta metrik ton karbon dioksida (mntCO2) untuk diperjual belikan pada 2030.

Reporter: Djati Waluyo