31 Negara Deklarasi Tambah Pembangkit Nuklir 3 Kali Lipat, Rencana Prabowo?
Baku, Azerbaijan – Total 31 negara telah mendeklarasikan komitmen untuk meningkatkan tiga kali lipat secara global kapasitas pembangkit listrik tenaga nuklir dalam periode 2020-2050. Nuklir dinilai negara-negara deklarator sebagai solusi untuk menurunkan ketergantungan pada energi fosil, meningkatkan ketahanan energi, dan mencapai emisi neto nol atau net zero emission sesuai komitmen iklim.
Enam negara menjadi deklalator baru yaitu El Savador, Kazakhstan, Kosovo, Nigeria, Kenya, dan Turki. Menteri dan pejabat tinggi dari negara-negara tersebut menyampaikan deklarasinya di sela-sela konferensi PBB di bidang iklim COP29 di Baku, Rabu, 13 November 2024. Deklarasi dilakukan dalam acara sampingan yang dibuat Presidensi COP29 bersama World Nuclear Association, International Atomic Energy Agency, dan Pemerintah Amerika Serikat.
Turki merupakan pengadopsi baru pembangkit nuklir. Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Turki Alparslan Bayraktar menjelaskan, satu pembangkit tengah dalam tahap konstruksi dan dijadwalkan selesai akhir tahun ini. Selanjutnya, akan ada pembangunan dua pembangkit lainnya. “(Target kami) dari nol menjadi 20 gigawatt,” ujarnya dalam pidato deklarasinya.
Peningkatan kapasitas nuklir tiga kali lipat pertama kali dideklarasikan pada COP28 di Dubai, Uni Emirat Arab, tahun lalu. Ketika itu, 25 negara menandatangani deklarasi yaitu Armenia, Bulgaria, Kanada, KroaSia, Republik Ceko, Finlandia, Prancis, Ghana, Hungaria, Jamaika, Jepang, Korea Selatan, Moldova, Mongolia, Maroko, Belanda, Polandia, Rumania, Slovakia, Slovenia, Swedia, Ukraina, Uni Emirat Arab, Inggris, dan Amerika Serikat.
Tambahan signifikan energi nuklir bakal datang dari Amerika Serikat. Negara Paman Sam membutuhkan penambahan kapsitas nuklir 200 gigawatt untuk memenuhi permintaan listrik di masa depan. Di COP29, Amerika membeberkan rencananya adalah menambah 35 gigawatt sampai 2035, kemudian penambahan 15 gigawatt per tahun hingga 2040.
Data World Nuclear Association, produksi listrik dari pembangkit energi nuklir global mencapai 2.602 Terrawatt hour di 2023, berkontribusi terhadap sembilan persen dari produksi listrik dunia. Ini artinya, kontribusinya kedua terbesar di jajaran sumber energi bersih setelah pembangkit tenaga air atau hydropower.
Prabowo Target 5 GW Energi Nuklir Sampai 2040
Presiden Prabowo Subianto menargetkan penambahan kapasitas listrik sebesar 103 gigawatt dalam waktu lima belas tahun hingga 2040. Rencana besarnya sementara ini, sebanyak 75 gigawatt di antaranya berasal dari pembangkit energi baru dan terbarukan, lima gigawatt dari nuklir, dan sisanya gas.
Utusan Khusus Presiden Prabowo di COP29 yang tidak lain adalah adik kandungnya, Hashim Djojohadikusumo menjelaskan bakal ada pembangunan beberapa pembangkit energi nuklir. Rencananya, akan dibangun beberapa pembangkit nuklir berdaya besar 1 atau 2 gigawatt di bagian barat Indonesia. “Yang perlu dicari tempat-tempat yang aman yang tahan gempa. Jangan nanti di zona-zona tempat dimana ada rawan gempa, nanti celaka,” kata dia. Selain itu, pembangkit nuklir berdaya kecil alias small modular reactors (SMRs) terapung di atas kapal untuk bagian timur Indonesia.
Pengembangan pembangkit nuklir komersil di dalam negeri sudah lama direncanakan pemerintah namun tak kunjung terealisasi karena belum ada regulasi pendukungnya. Pro dan kontra juga terus bergulir di kalangan pelaku industri pembangkit listrik, masyarakat, dan pegiat lingkungan. Namun, Rancangan Undang-Undang Energi Baru dan Terbarukan telah mengakomodasi pengembangan nuklir dengan memasukkannya sebagai energi baru. Ini artinya, jika RUU diketok palu, proyek pembangunan pembangkit nuklir di Indonesia bisa mulai berjalan.
Liputan khusus COP 29 Azerbaijan ini didukung oleh: