Prabowo Targetkan Setop Operasional PLTU Batu Bara dalam 15 Tahun ke Depan
Presiden Prabowo Subianto menyatakan komitmen Indonesia untuk menghentikan operasional pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara dalam 15 tahun ke depan, saat berbicara dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Brasil, Rabu (21/11). Indonesia akan mengoptimalkan pembangunan lebih dari 75 gigawatt (GW) pembangkit energi terbarukan untuk menggantikan PLTU batu bara tersebut.
Mantan Menteri Pertahanan itu menyotori Indonesia sebagai negara dengan cadangan energi panas bumi terbesar dunia. Indonesia juga memiliki potensi energi surya melimpah karena terletak di garis khatulistiwa.
"Dengan berbagai sumber energi terbarukan lainnya, kami optimis dapat mencapai target netral karbon sebelum tahun 2050," kata Prabowo.
Pada kesempatan tersebut, Prabowo turut menagih komitmen dari negara-negara maju dalam memberikan kredit karbon kepada Indonesia. Permintaan itu mengacu pada peran Indonesia yang selama ini telah berkontribusi dalam mendinginkan dunia dan sering disebut sebagai 'paru-paru dunia'.
Prabowo mengatakan Indonesia terbuka untuk mengoptimalkan potensi 557 juta ton kredit karbon sembari mewarkan kapasitas penyimpanan karbon terbesar di dunia. Namun, dia belum melihat janji negara-negara maju dalam memberikan kredit karbon yang telah lama ditawarkan kepada Indonesia.
"Oleh karena itu, kami membutuhkan komitmen berkelanjutan untuk memberikan kompensasi atas peran hutan kami dalam menjaga suhu global," ujar Prabowo.
Dampak Perubahan Iklim dan IKN
Prabowo secara terbuka menyampaikan Indonesia tengah merasakan dampak perubahan iklim. Di hadapan pimpinan negara anggota G20, Prabowo mengatakan permukaan laut di kawasan Pantai Utara (Pantura) Jawa naik hingga lima sentimeter per tahun.
Situasi itu menyebabkan Indonesia kehilangan ratusan ribu hektare (ha) lahan produktif dan lahan pangan yang berdampak pada kondisi sulit para petani dan nelayan. Kenaikan air laut juga menjadi sebab Indonesia memindahkan ibu kota negara dari Jakarta ke IKN Nusantara, Kalimantan Timur.
"Wilayah pesisir kami mulai terendam akibat naiknya permukaan laut. Kami bahkan terpaksa memindahkan ibu kota negara," ujarnya.
Menurut Prabowo, musibah kenaikan air laut di Pantura Jawa cenderung memperburuk kemiskinan dan kelaparan. Situasi ini menjadi pemicu bagi Indonesia untuk berkomitmen penuh terhadap beragam upaya menurunkan suhu global.
Dia mengatakan, Indonesia siap mengucurkan dana sebesar US$ 30 juta atau sekira Rp 477 miliar untuk menutup kesenjatan pendanaan dalam kegiatan organisasi kesehatan dunia (WHO).
"Kami berharap kontribusi ini dapat memberikan dampak positif terhadap pekerjaan mulia yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa," kata Prabowo.
Dia mengatakan, Indonesia kini bertekad untuk melakukan beragam program untuk menekan laju perubahan iklim, seperti pemanfaatan energi terbarukan. Indonesia mampu mengolah minyak sawit menjadi bahan bakar alternatif biodiesel.
"Sebanyak 50% kebutuhan diesel kami dipenuhi dari bahan nabati seperti minyak kelapa sawit," ujarnya.