Tren green jobs atau pekerjaan ramah lingkungan diprediksi terus berkembang pesat di Indonesia. Target nol emisi karbon pada tahun 2060 akan membuka peluang besar bagi tenaga kerja yang ingin berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan.
Environmental Content Creator Jerhemy Owen mengungkapkan bahwa green jobs merupakan peluang besar karena banyak tantangan yang harus diatasi untuk mencapai target tersebut.
“Ada banyak peluang bagi anak muda untuk berkontribusi dalam gerakan ini. Proses menuju nol emisi membutuhkan orang-orang yang ahli di bidang ini. Kesempatan untuk terjun ke green jobs sangat besar,” ujar Owen dalam acara Green Collabs kerja sama Katadata Green dengan FISIP Universitas Indonesia, di Kampus UI, Depok, Jawa Barat, Kamis (28/11/2024).
Berdasarkan data proyeksi green jobs pada 2023, ada 600 ribu lapangan di sektor energi terbarukan di dalam negeri. Jumlah green jobs ini akan naik menjadi 740 ribu pada 2030 dan 1,07 juta pada 2050.
Laporan Global Green Skills Report 2023 dari LinkedIn bahkan menyebutkan ada 3 jenis green jobs dengan peluang terbesar bagi pekerja tanpa pengalaman yakni analis energi, ahli agronomi dan manajer keberlanjutan.
Ketua Dewan Guru Besar FISIP Universitas Indonesia Bambang Shergi Laksmono mengatakan setidaknya ada 3 bidang green jobs yang bisa diambil sesuai preferensi masing-masing individu. Pertama di bidang green governance, green economy atau di sektor produksi dan green activism.
“Kita lihat ada green opportunity, ini lebih luas meski bisa juga diartikan sebagai green jobs jika memang digaji,” ucap dia.
Bambang mencontohkan pekerjaan green governance misalnya bidang advokasi, hukum, media, diplomasi serta jenis pekerjaan lain yang bisa mempertahankan green governance. Green jobs di bidang ekonomi, kata dia misalnya bagaimana memproduksi produk yang memang ramah lingkungan. Green activism, kata Bambang misalnya jenis-jenis kegiatan yang memperjuangkan nilai-nilai ramah lingkungan.
Dia mengatakan, kampus memiliki tugas penting dalam membekali mahasiswa dengan keterampilan (skill), sikap (attitude), dan nilai-nilai (value). Menurut dia, salah satu tanggung jawab utama kampus adalah mempersiapkan lulusan agar mampu bersaing di pasar kerja, termasuk di bidang green jobs.
Banyak Peluang
Senior Economist Masyita Crystallin mengatakan saat ini, green jobs juga tidak hanya mencakup di industri yang hijau saja. Di sektor seperti pertambangan ada green jobs yang bisa diambil kesempatannya.
“Bisa saja bekerja di sektor mining (tambang-red) tapi membahas sektor hijaunya,” ucap dia.
Dia mengatakan di sektor keuangan pun kini sudah ada kebutuhan analis yang berhubungan dengan green jobs. Bahkan, jika nanti sudah semakin popular, kebutuhan untuk trader carbon bisa jadi semakin besar. Dia menuturkan, saat ini permintaan green jobs tinggi sehingga orang-orang yang bekerja di sana biasanya mendapatkan gaji yang besar.
Tak hanya terbatas pada sektor lingkungan, green jobs kini semakin luas, bahkan juga untuk lulusan bidang FISIP. Executive Board of Coaction Indonesia Verena Puspawardani mengatakan, bagi lulusan FISIP peluang green jobs bisa menjadi analis atau tenaga komunikator yang membantu mensosialisasikan green jobs hingga berkarier di bidang lembaga survei.
Namun, kata dia, untuk bisa masuk ke green jobs masih ada tantangan terutama dari keterampilan yang dibutuhkan. Keterampilan non teknis seperti komunikasi, menulis, menganalisis dan critical thinking misalnya, sangat diperlukan untuk green jobs. “Tidak perlu khawatir lulus kuliah akan jadi apa jika suka membaca, menulis dan suka menganalisis”.
Basis Ekosistem
Selain keterampilan, basis ekosistem juga penting untuk membangun green jobs. Verena mencontohkan di Indonesia Timur di mana banyak potensi energi terbarukan, bisa menjadi sumber green jobs di sana.
Menurutnya, green jobs akan lebih efektif jika menggunakan pendekatan ekosistem. Misalnya bagaimana orang-orang di Indonesia Timur bisa mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana cara membangun energi terbarukan. Sebab, di sana memang banyak potensinya.
“Green jobs bisa jadi bukan sektor energi terbarukan saja, tapi bisa jadi sektor komunikasi bahkan pertanian berkelanjutan, sektor-sektor tersebut cukup tinggi menghasilkan emisi per tahun,” kata dia.
Katadata menyelenggarakan forum Green Collabs X FISIP UI yang berfokus pada berbagai inisiatif keberlanjutan dan mempertemukan berbagai komunitas. Acara yang diselenggarakan di Universitas Indonesia, Depok, ini bertujuan memberdayakan mahasiswa dan masyarakat untuk menerjemahkan konsep keberlanjutan.
Para peserta terlibat dalam diskusi dan kegiatan yang dirancang untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih dalam tentang praktik berkelanjutan dan penerapannya di dunia nyata.