Perusahaan pengembang proyek tenaga surya, Sun Energy, telah memasang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebesar 175 Megawatt peak (MWp) di Indonesia hingga November 2024. Selain Indonesia, perusahaan juga memasang PLTS di Australia dan beberapa negara Asia Tenggara.
"Kita sudah mencapai 175 MWp di Indonesia, dan secara total kita sudah di atas 330 MWp," ujar Chief of Sales Sun Energy, Oky Gunawan, dalam diskusi dengan media massa, di Jakarta, Jumat (13/12).
Oky mengatakan, Australia menjadi negara dengan instalasi terbesar kedua yang menjadi pasar Sun Energy di Asia Pasifik. Hingga November 2024, Sun Energy telah memasang PLTS dengan kapasitas 132 MWp di Australia.
Dua negara lainnya yang menjadi pasar Sun Energy adalah Vietnam dan Thailand. Untuk kedua negara Asia Tenggara itu, Sun Energy telah memasang PLTS dengan kapasitas sebesar 26 MWp dan 22 MWp.
Targetkan Pertumbuhan Dua Digit di 2025
Oky mengatakan pada 2025 perusahaan menargetkan pemasangan PLTS hingga dua kali lipat dari capaian tahun 2024. "Kalau target itu selalu dua digit, jadi kemungkinan tahun depan yang diharapkan itu (pertumbuhannya) dua digit," ujarnya.
Tahun depan perusahaan akan berfokus ke beberapa industri besar yang memiliki konsumsi listrik cukup tinggi, salah satunya adalah industri semen dan industri fast moving consumer goods (FMCG) atau perusahaan dengan pemegang merk dagang.
"Salah satunya adalah Unilever yang sudah jadi klien kita kemudian Sidomuncul. Permintaan energi terbarukan dari FMCG ini meningkat cukup signifikan," ucap Oky.
Perusahaan juga akan mengincar industri kertas atau pulp and paper, industri besi dan baja, industri kimia, dan industri pertambangan. Oky mengatakan, perusahaan juga membidik industri pertambangan karena pada sektor tersebut banyak perusahaan yang sudah melirik PLTS untuk menekan emisi karbon dari praktik pertambangan.
"Kita melirik ke sana untuk yang untapped market. Di daerah Kalimantan dan Sulawesi itu (yang kami bidik) adalah sektor pertambangan," ungkapnya.