Anantara Energy Holdings Pte. Ltd., berencana menggelontorkan investasi senilai US$ 5 miliar atau setara dengan Rp 72,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.520 per dolar AS) untuk membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Kepulauan Riau (Kepri).
Sebagai informasi, Anantara Energy merupakan perusahaan joint venture antara perusahaan energi asal Singapura dan Jerman, yakni Quantum Power Asia dan ib vogt GmbH. Setelah proyek yang dikerjakan Anantara Energy ini selesai, nantinya Kepulauan Riau akan memiliki total instalasi surya lebih dari 4.000 hektar.
Mengutip www.saurenergy.com, PLTS yang akan dibangun di Kepri memiliki kapasitas 3,5 giga watt (GW). Proyek ini nantinya akan mengirimkan 4 terra watt per hour (TWh) energi terbarukan ke Singapura, setiap tahun. Selain itu, proyek ini juga akan mampu menyimpan energi terbarukan dari tenaga surya sebanyak 12 giga watt per hour (GWh).
Sebagai mitra untuk mendistribusikan listrik ke Singapura melalui kabel bawah laut, Anantara Energy menunjuk Union Power Pte. Ltd. Proyek ini dijadwalkan selesai pada 2032 dan mampu memasok sekitar 8% dari kebutuhan listrik tahunan Singapura.
Tahun lalu, Singapura mengumumkan rencana untuk mengimpor 4GW energi bersih hingga 2035 untuk mendiversifikasi pasokan dan meningkatkan ketahanan energi. Ini menyumbang sekitar 30% dari total pasokan listrik Singapura. Di masa depan Singapura menargetkan mencapai netralitas karbon pada 2050.
Meski tergolong ambisius, proyek yang dijalankan Anantara Energy ini bukanlah proyek skala besar pertama yang mengimpor energi surya ke Singapura melalui kabel bawah laut.
Singapura juga memiliki proyek Australia-Asia PowerLink atau AA PowerLink. Ini merupakan proyek pembangkit dan transmisi energi terbarukan antar benua yang akan memasok listrik ramah lingkungan dari Australia ke Singapura.
Proyek ini akan menyalurkan listrik yang dihasilkan dari PLTS dan fasilitas penyimpanan baterai terbesar di dunia, yang akan dibangun di Northern Territory, Australia, ke Darwin, Australia, dan kemudian ke Singapura melalui kabel atas dan bawah laut.
Proyek di lahan seluas 12.000 hektar ini melibatkan investasi sebesar US$ 22,54 miliar dan akan mulai dibangun 2023. Sesuai jadwal, transmisi listrik ke Darwin dan Singapura akan dimulai masing-masing pada tahun 2026 dan 2027.
Selanjutnya, proyek ini diharapkan mencapai kapasitas penuh pada tahun 2028. Proyek AA PowerLink mencakup pembangkit listrik tenaga surya dengan kapasitas berkisar antara 17 GW dan 20 GW.
Ini juga akan memiliki sistem penyimpanan energi baterai dengan kapasitas antara 36GWh dan 42GWh. Proyek ini juga akan membanggakan sistem transmisi arus searah tegangan tinggi (high-voltage direct current/HVDC) sepanjang 5.000 km.
Ini akan mencakup saluran udara sepanjang 800 km ke Darwin dan sistem kabel bawah laut 4.200 km dari Darwin ke Singapura. Ini akan memasok sekitar 3,2GW listrik yang dapat dikirim per tahun ke Singapura.