Aktivitas Bursa Karbon Indonesia telah dimulai pekan ini. Bersamaan dengan itu, PT Pertamina Patra Niaga melakukan pembelian perdana sertifikat penurunan emisi PT Pertamina Power Indonesia.
Total nilai pembelian tersebut mencapai Rp 922 juta atau setara kontribusi pengurangan emisi karbon sebesar 19.989 ton. Mereka mengatakan Pertamina Power Indonesia sudah memiliki suplai yang telah disertifikasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
"Ini langkah awal Pertamina Patra Niaga berkontribusi menangani krisis iklim," kata Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan di Jakarta, Kamis (28/9) dikutip dari Antara.
Pertamina Patra Niaga juga memiliki program untuk mengurangi emisi. Beberapa di antaranya penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), SPBU green energy station, hingga diesel dual fuel.
Hingga Agustus 2023, seluruh program tersebut mampu mengurangi emisi 2.703 tonCO2eq atau 14% dari target awal Pertamina Patra Niaga.
"Upaya mereduksi emisi akan dikloaborasikan dengan perdagangan bursa karbon," kata Riva.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah resmi meluncurkan Bursa Karbon Indonesia pada Selasa (26/9). Jokowi mengatakan potensi bursa karbon RI bisa mencapai Rp 3.000 triliun.
Jokowi meminta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadikan standar bursa karbon internasional sebagai rujukan. Selain itu, Jokowi menginginkan adanya tenggat waktu untuk investor dalam dan luar negeri masuk.
"Atur pasar karbon sukarela sesuai praktik internasional dan tidak mengganggu target emisi Indonesia," katanya.