Hari Alam, Tata Guna Lahan, dan Laut di COP28 menjadi saksi bagaimana negara-negara dan aktor non-negara berkumpul untuk mendukung aksi iklim berbasis alam. Mereka memberikan komitmen pendanaan baru senilai US$186,6 juta untuk alam dan iklim untuk hutan, hutan bakau (mangrove), dan lautan.
Komitmen ini merupakan kelanjutan dari komitmen yang dibuat pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Aksi Iklim Dunia (WCAS) COP28 pada 2 Desember lalu. Pada waktu itu, dana sebesar US$2,5 miliar dikerahkan untuk melindungi dan memulihkan alam.
"Tidak ada jalan lain untuk memenuhi Perjanjian Paris dan menjaga 1,5°C tetap dalam jangkauan tanpa melindungi dan memulihkan alam, tanah, dan lautan. Kita harus bekerja dalam kemitraan, terutama dengan masyarakat adat dan komunitas lokal yang mengelola aset-aset penting ini," ujar Razan Al Mubarak, UN Climate Change High-Level Champion untuk COP28, pada Minggu (10/12).
Presiden Republik Ghana Nana Addo Dankwa Akufo-Addo mengatakan UEA yang memegang tampuk Kepresidenan COP28 menunjukkan aksi nyata untuk alam, yang didukung oleh komitmen keuangan yang signifikan. "Perjalanan menuju 1,5°C tidak mungkin terjadi tanpa alam, tingkat tindakan ini harus dipercepat untuk mencapai kemajuan nyata pada COP30," ujarnya.
Membalikkan Kerusakan Alam
Membalikkan kerusakan alam dapat memberikan lebih dari 30% aksi mitigasi yang dibutuhkan untuk menjaga agar 1,5°C tetap dalam batas yang dapat dicapai pada tahun 2030. Alam juga memiliki peran penting dalam mengurangi bahaya terkait iklim, seperti banjir dan kebakaran. Pelestarian alam juga dapat menyumbang potensi peluang bisnis baru senilai US$10 triliun dan menyediakan hampir 400 juta lapangan kerja baru.
Pada COP26, para pemimpin dunia sepakat untuk menghentikan dan membalikkan deforestasi pada tahun 2030. Pada awal tahun ini, para pemimpin dunia mengadopsi Kerangka Kerja Keanekaragaman Hayati Global (Global Biodiversity Framework/GBF), dengan target melindungi 30% daratan dan lautan pada tahun 2030.
Tujuan-tujuan ini bergantung pada investasi dan kepemimpinan dari masyarakat adat, yang mengelola sekitar 80 persen keanekaragaman hayati global.
"Selama ribuan tahun, masyarakat kami telah mengabdikan diri untuk hidup seimbang dan harmonis dengan alam, mengamati perilaku keanekaragaman hayati yang mengelilingi kami, hewan-hewan, siklus hidup tanaman dan aliran air," kata María Jose Andrade Cerda, seorang wanita adat dari komunitas Kichwa di Serena, Ekuador.
Maria memimpin pengembangan ekonomi dan masyarakat di dewan Konfederasi Masyarakat Adat Amazon Ekuador. "Dengan menyatukan ilmu pengetahuan dan pengetahuan masyarakat adat, COP28 telah membantu mengingatkan dunia bahwa memahami dan menghormati tarian yang rumit antara manusia dan alam adalah hal yang sangat penting bagi masa depan kita," ujarnya.
Hasil kebijakan utama dari Hari Alam, Tata Guna Lahan, dan Laut adalah pernyataan bersama antara Kepresidenan COP28 dan Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD), yang diketuai oleh Republik Rakyat Tiongkok. Pernyataan Bersama COP28 tentang Iklim, Alam, dan Manusia didukung oleh 18 negara yang memimpin kemitraan iklim, alam, dan keanekaragaman hayati di hutan, mangrove, dan laut. Hal ini menandakan komitmen baru bagi negara-negara untuk mengkoordinasikan dan mengimplementasikan strategi alam dan iklim secara bersamaan.
Selama WCAS, Ketua Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB untuk COP28 Al Mubarak mengumumkan bahwa UEA akan memberikan kontribusi pendanaan baru sebesar US$100 juta dolar untuk proyek-proyek iklim-alam. UEA dan Brasil akan bersama-sama memimpin kemitraan strategis selama dua tahun yang menjembatani COP28 hingga COP30.