Uni Eropa Sahkan UU Peningkatan Produksi Teknologi Hijau
Uni Eropa resmi menyetujui Undang-Undang Net-Zero Industry Act (NZIA), pada Senin (27/5). Undang-Undang baru tersebut akan memastikan industri Eropa memproduksi panel surya, turbin angin, pompa panas, dan peralatan teknologi bersih lainnya sebesar 40% serta mampu bersaing dengan produk-produk Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.
Setelah ditandatangani oleh presiden Parlemen Eropa dan Dewan, UU NZIA akan mulai berlaku awal Juli dan dipublikasikan di jurnal resmi Uni Eropa. Undang-undang ini menjadi inti dari upaya Uni Eropa untuk memastikan diri untuk menjadi pemimpin global dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan memproduksi teknologi yang dibutuhkan.
Sebelum UU ini disahkan, Eropa dinilai terlalu bergantung kepada Tiongkok, yang diperkirakan akan memiliki 80% kapasitas produksi global di bidang tenaga surya.
Organisasi antarpemerintahan dan supranasional yang beranggotakan negara-negara Eropa ini juga khawatir subsidi hijau sebesar US$369 miliar (Rp 5.867 triliun) dalam Undang-Undang Pengurangan Inflasi Amerika Serikat akan menarik produsen Eropa untuk pindah ke negara tersebut.
Menyederhanakan Izin Proyek EBT
Uni Eropa menargetkan produksi teknologi yang diperlukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 40% di 2030. Produk-produk ini mencakup energi terbarukan, tenaga nuklir, pompa panas, elektroliser, dan teknologi dekarbonisasi lainnya, termasuk penangkapan karbon.
Produksi global teknologi-teknologi tersebut juga ditargetkan mencapai 15% pada 2040, seperti dikutip dari Reuters pada Selasa (28/5).
UU NZIA tersebut akan menyederhanakan pemberian izin untuk proyek-proyek peningkatan produksi di Uni Eropa dan memastikan sebagian besar izin diterbitkan dalam waktu enam hingga sembilan bulan.
Otoritas publik yang membeli produk teknologi bersih harus mempertimbangkan faktor harga, keberlanjutan, dan ketahanan dengan bobot 30%, yaitu seberapa besar ketergantungan Uni Eropa pada pasokan dari satu negara ketiga.
Namun, sulit mencapai target tersebut di sektor tenaga surya karena produsen Uni Eropa hanya memasok kurang dari 3% panel surya yang dipasang di wilayah mereka dan berjuang untuk bertahan hidup. Pasalnya, produk panel surya masih banyak diimpor dari Cina.