Musim gugur lalu, pendiri SEA Group Forrest Li dikabarkan membeli rumah mewah bekas pemain basket NBA, Stephen Curry. Dari laman Dirt diketahui rumah seluas 700 meter persegi di enklave Silicon Valley, Atherton ini Li beli dengan harga US$ 31,2 juta atau setara Rp 485 miliar.
Kabar ini makin merebak lantaran terjadi sebelum Shopee, anak usaha SEA Group, melakukan pemutusan hubungan kerja sejak Juni lalu. Di Indonesia sendiri PHK kepada karyawan Shopee terjadi pada September lalu dengan pemangkasan 3% karyawannya. Meski begitu, bagaimana kondisi keuangan dan kiprah berbisnis Forrest Li?
Kehilangan 83% Kekayaan dalam Waktu Setahun
Hingga akhir 2022, Forbes Real Time Billionaire mencatat kekayaan Li mencapai US$ 3,3 miliar atau setara Rp 51,3 triliun. Ia pun didapuk sebagai orang terkaya ke-8 di Singapura.
Meski begitu, Katadata mencatat ia pernah memegang gelar orang terkaya di negara tersebut pada Agustus tahun lalu, dengan kekayaan US$ 20,3 miliar atau Rp 315,6 triliun. Berarti, sepanjang tahun ini kekayaan Li anjlok 83% sebesar US$ 17 miliar atau setara Rp 264,3 triliun.
Kekayaan Li turun karena adanya kerugian di induk perusahaannya, SEA Ltd. Hingga Juni 2022, total kerugian perusahaan tersebut, sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi mencapai US$ 506,3 juta atau sekitar Rp 7,48 triliun. Ini melampaui perkiraan rata-rata analis di angka US$ 482,3 juta.
Sebagai perusahaan yang terdaftar di bursa New York, saham SEA pun melorot 14% pada Agustus lalu. Kekayaan Li pun melorot US$ 800 juta. Valuasi perusahaan ini pun anjlok l80% dari level tertingginya di Oktober 2021.
Siapa Forrest Li?
Dari berbagai sumber diketahui lelaki bernama lengkap Xiaodong Li ini lahir di Tianjin, Cina, pada 1977/1978. Kedua orangtuanya bekerja sebagai pegawai di perusahaan milik negara.
Li kemudian mengenyam pendidikan tinggi di Shanghai Jiao Tong University, jurusan teknik. Setelah lulus kuliah, ia bekerja sebagai perekrut selama empat tahun di Motorola dan Corning, Shanghai.
Empat tahun bekerja dengan membaca ribuan resumé pelamar kerja, Li memutuskan bahwa ia ingin mencoba hal baru dalam hidupnya. “Setiap resumé adalah cerita pribadi, kan? Jadi dari membaca cerita orang lain, resumé bagaimana yang saya ingin perlihatkan ke orang lain di masa depan?” ujarnya ke Forbes Asia pada 2015.
Meski sudah mendapat titik balik karirnya, Li baru menemukan bentuk resumé yang diinginkannya lima tahun kemudian. “Tapi bagaimanapun saya tidak merasa bersemangat,” tambahnya.
Langkah pertama yang ia lakukan adalah menempuh pendidikan masternya ke Stanford Graduate School of Business, Amerika Serikat. Ia pun lulus dengan gelar Master of Business Administration. Di sinilah ia bertemu istrinya, Ma Liqian.
Inspirasi kemudian datang kala Li menghadiri wisuda Ma pada 2005. Kala itu, ia mendengar pidato terkenal Steve Jobs, “Anda harus menemukan apa yang anda sukai.” Li pun mencoba mengejar mimpinya di gim online dengan meluncurkan GG Game di Singapura.
Perusahaan pertamanya ini gagal, namun ia tetap mencoba meluncurkan Garena pada 2009 bersama dengan David Chen dan Gang Ye. Di tahun yang sama, ketiga pendiri Garena ini sudah dinaturalisasi menjadi Warna Negara Singapura. Perusahaan ini mengembangkan dan menerbitkan game online serta menjadi cikal bakal SEA Group sekarang.
Dalam wawancara virtual dengan The Straits Times tahun lalu, Forrest Li menyampaikan bahwa putrinya berperan dalam menyemai ide situs e-commerce Shopee. Selama liburan keluarga, Li bertanya kepada putrinya tentang apa yang paling dirindukan tentang rumah. Jawabannya yakni Taobao, platform belanja online di Cina. Li pun mengatakan kepada putrinya bahwa ia bakal membuat satu platform mirip Taobao. Miliarder itu pun mendirikan Shopee pada 2015.
Selain menjadi CEO SEA, Li juga terlibat dalam aktivitas kenegaraan. Ia adalah satu dari 30 anggota Komite Ekonomi Masa Depan Singapura (Committee on the Future Economy). Komite ini berada di bawah Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura dan bertugas mengembangkan strategi ekonomi negara tersebut.