Mengenal Investree, Fintech Lending dalam Pantauan OJK

Dok. Investree
I Made Karya selaku pembudidaya Ikan Nila dan Ikan Lele di Gianyar, Bali, pengguna produk pinjaman usaha mikro Investree. Pionir fintech lending Investree memperluas produk pinjaman produktif yang dimilikinya dengan meluncurkan Pinjaman Usaha Mikro, (26/09/2022). Pinjaman Usaha Mikro ditujukan bagi wirausaha mikro (individu/perseorangan) yang memiliki usaha atau bisnis sederhana di berbagai bidang, seperti pembudidaya ikan, pemilik toko kelontong, pengelola binatu rumahan, dan sejenisnya.
Penulis: Amelia Yesidora
Editor: Dini Pramita
15/5/2023, 15.28 WIB

Platform pinjaman online atau pinjol kembali menjadi sorotan, kali ini giliran pinjol Investree. Para pemberi pinjaman atau kreditor, resah lantaran para peminjam di aplikasi tersebut gagal membayar pinjaman tepat waktu.

Menanggapi keresahan para kreditor, manajemen fintech lending itu berkomitmen menyelesaikan setiap pengaduan. “Investree berkomitmen menyelesaikan setiap pengaduan secara optimal dan berkelanjutan dengan mengikuti arahan dan ketentuan regulator,” kata Co-founder sekaligus CEO Investree Adrian Gunadi dalam keterangan pers yang diterima Katadata pada Rabu (10/5).

Dalam keterangan pers Rabu pekan lalu, Adrian mengatakan tingkat keberhasilan membayar dalam 90 hari atau TKB90 berada di angka 97,07%. Artinya, kredit bermasalah atau tingkat wanprestasi lebih dari 90 hari (TWP90) berada di angka 2,93%.

Namun, pada Senin (15/5) status TKB90 Investree turun ke angka 94,47% dengan peningkatan TWP90 ke angka 5,53%. Adapun batas tingkat TWP90 yang masuk ke dalam sorotan Otoritas Jasa Keuangan adalah 5%. Kenaikan TWP90 Investree menyebabkan namanya masuk dalam daftar pantauan OJK.


Sepak Terjang Investree

Investree mulai beroperasi pada Mei 2016 dan resmi terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan sejak 31 Mei 2017. Melansir laman resmi perusahaan, Investree menawarkan tiga jenis produk pinjaman bagi pelaku usaha.

Produk pertama adalah working capital term loan, yaitu produk pinjaman untuk UKM dengan model bisnis yang unik. Contohnya menerima pembayaran secara digital, bekerja sama dengan penyedia jasa logistik, menggunakan aplikasi sistem kasir atau Point of Sales. Nantinya catatan penjualan tersebut akan menjadi dasar penilaian credit scoring.

Kedua, invoice financing yang menyasar UKM yang memiliki hubungan bisnis dengan perusahaan besar. Ketiga, buyer financing yang menyasar UKM pembeli gosir di korporasi ritel besar.

Sebelumnya, startup ini menawarkan kredit syariah bagi pemilik toko daring sejak Maret 2019. Produk bernama Online Seller Financing ini tidak mengandung unsur perjudian alias maisir, ketidakpastian atau gharar, dan jumlah bunga melewati kesepakatan alias riba.

Namun lini syariah ini resmi ditutup pada Januari 2023 lalu. Hal ini sesuai Peraturan OJK Nomor 10 Tahun 2022 yang menyebutkan fintech lending konvensional hanya boleh menjalankan unit usaha konvensional, tidak termasuk unit usaha syariah.

Hingga Oktober 2022, Investree berhasil membukukan total fasilitas pinjaman senilai Rp 15,6 triliun dengan nilai pinjaman tersalurkan Rp 12,141 triliun. Rata-rata tingkat imbal hasilnya adalah 16,3 p.a dan TKB90 masih di angka 97,3%.

Akhir Desember lalu, Chief Sales Officer Investree, Salman Baharuddin, menjelaskan perseroan sudah menyalurkan pinjaman sebesar Rp 1.290 triliun pada pelaku usaha kreatif. Bila ditotal sejak awal berdiri 2015 hingga sekarang, nilai pinjaman yang khusus disalurkan pada sektor tersebut senilai Rp 1.636 triliun kepada 27 peminjam.

Bidang usaha pendanaan dari Investree bermacam-macam. Mulai dari agensi periklanan, rumah produksi, konsultan kreatif, hingga makanan dan minuman.

Reporter: Amelia Yesidora