Manajemen PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) mengakui serangan siber yang mengganggu operasional perusahaan sejak Minggu (21/5). Meski begitu, perusahaan mengklaim data-data nasabah aman dan tidak ada kebocoran data nasabah.
Corporate Secretary BFI Finance Indonesia Sudjono mengatakan perseroan telah melakukan temporary switch off pada beberapa sistem utama, sebagai langkah antisipasi. Akibat switch off itu, sebagian kegiatan operasional terganggu yang berimbas pada terganggunya layanan terhadap konsumen.
Saat ini, menurut Sudjono, perusahaan tengah melakukan upaya pemulihan layanan dan kegiatan operasional secara bertahap. "Sampai saat ini, belum ada indikasi terjadinya kebocoran data konsumen," kata dia, Rabu (24/5).
Perusahaan Pembiayaan Pertama Melantai di Bursa
BFI Finance merupakan pelopor perusahaan pembiayaan di Indonesia. Saat berdiri pada 1982, perusahaan itu bernama PT Manufacturers Hanover Leasing Indonesia.
Perusahaan tersebut merupakan kongsi antara Manufacturers Hanover Leasing Corporation dari Amerika Serikat dan beberapa pemegang saham lokal. Saat itu, Manufacturers Hanover Leasing Corporation merupakan pemilik mayoritas dengan kepemilikan saham sebesar 70%.
Pada tahun 1986, Bank Umum Nasional dan Essompark asal Hong Kong mengambil alih saham perusahaan ini dari Manufacturers Hanover Leasing Corporation. Aksi ini diikuti dengan perubahan nama menjadi PT Bunas Intitama Leasing Indonesia.
Setelah itu, perusahaan berganti nama lagi menjadi PT Bunas Finance Indonesia Tbk. Pada tahun yang sama, PT Bunas Finance Indonesia mendapat izin dari Kementerian Keuangan untuk berbisnis di bidang pembiayaan multiguna.
Pada 1990, BFI Finance menjadi perusahaan pembiayaan pertama yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya -- sekarang Bursa Efek Indonesia, dengan kode emiten BFIN. Krisis pada 1998 berimbas pada operasional BFI Finance sehingga perusahaan menjalankan restrukturisasi utang.
Lepas dari krisis keuangan 1998, BFI Finance kembali berganti nama menjadi PT BFI Finance Indonesia Tbk pada 2001. Adapun kegiatan usaha BFI Finance meliputi tiga jenis pembiayaan yaitu: pembiayaan modal kerja, investasi, dan multiguna; pembiayaan sales lease back; pembiayaan tanpa agunan.
Pada 2017, BFI membentuk unit syariah untuk mengembangkan bisnis dan menyediakan pembiayaan yang sesuai prinsip syariah. Usaha yang dikembangkan meliputi: pembiayaan jual beli, pembiayaan investasi dan pembiayaan jasa.
Mengutip situs resmi perusahaan, saat ini, 48,15% saham BFI Finance dimiliki oleh konsorsium Trinugraha Capital & Co SCA (yang antara lain terdiri dari Bravo Capital Holding yang dimiliki oleh Jerry Ng, Northstar Group, Garibaldi Thohir, dan investor pasif lainnya). Kepemilikan saham PT BFI Finance Indonesia Tbk sebesar 5,81% dan sisanya dipegang oleh pemegang saham institusi lokal dan internasional serta pemegang saham publik.
Pada 2022, pendapatan BFIN meningkat 30,6% menjadi Rp5,38 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp4,12 triliun. Sementara dari sisi pembiayaan, BFIN menyalurkan pembiayaan baru (booking) sebesar Rp20 triliun atau naik 52,7% yoy, tertinggi sepanjang sejarah.