Partai Solidaritas Indonesia baru saja menggelar Kopi Darat Nasional alias Kopdarnas kemarin, Selasa (22/8). Dalam acara tersebut, partai berlogo mawar putih ini menarik dukungan untuk bakal calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Ganjar Pranowo. Hal ini diucapkan oleh Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie.
Di acara tersebut Grace membacakan beberapa poin rekomendasi dari 38 Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PSI seluruh Indonesia. Poin pertama, pengurus pusat PSI diminta menyerap kembali aspirasi terkait bakal calon presiden yang punya komitmen kerakyatan dan melanjutkan visi misi pembangunan Presiden Joko Widodo.
Dalam musyawarah DPW, Grace mengatakan ada perbedaan pilihan dukungan untuk kandidat capres. Suara ini terbagi antara Parbowo Subianto, Ganjar, serta ada pula yang tak menentukan pilihan.
PSI berkeyakinan pemerintahan Jokowi sudah pada jalur yang benar. “Tidak ada piilihan lain selain maju bersama capres dan cawapres yang berkomitmen melanjutkan program Jokowi. Jokowisme dalam nilai dan tindakannya,” kata Grace.
Jurnalis Beralih ke Politikus
Pendiri PSI ini bernama lengkap Grace Natalie Louisa. Ia lahir pada 4 Juli 1982, sebagai anak dari pasangan dari Brata Ngadiman dan Anna Clementine. Sebelum menjadi politikus, ia memulai kariernya sebagai seorang jurnalis.
Kini ia menjabat Wakil Ketua Dewan Pembina PSI, setelah sebelumnya sempat menjabat ketua umum PSI. Di bawah kepemimpinannya, ia membawa PSI meraih tiga juta suara nasional pada pemilu perdananya.
Jenjang pendidikan wanita ini dihabiskan di Ibu Kota. Ia tercatat sebagai alumni SMA 3 BPK Penabur, Jakarta. Dari sana, ia melanjutkan kuliah di jurusan akuntansi Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie.
Grace lalu berkarier sebagai seorang jurnalis. Awalnya ia mengikuti kompetisi SCTV Goes to Campus yang menjaring calon wartawan muda. Grace berhasil menang di wilayah Jakarta dan maju ke tingkat nasional. Di tingkat ini ia berhasil masuk ke posisi lima besar.
Seiring dengan keberhasilannya di lomba ini, SCTV kemudian mempekerjakan Grace sebagai penyiar Liputan6 pada 2004. Dua tahun kemudian, Grace keluar dari SCTV menjadi jurnalis ANTV.
Berselang dua tahun, ia pindah lagi ke TVOne. Di sini, ia sempat mengikuti kursus kilat di Maastricht School of Management, Belanda, dari Januari hingga April 2009.
Berbagai kejadian penting turut Grace liput, seperti tsunami Aceh 2004, meletusnya Gunung Talang di Sumatera Barat, hingga kerusuhan Poso. Ia juga mengadakan wawancara ekslusif dengan tokoh internasional, seperti Perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva, CEO Forbes Steve Forbes, Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta, dan lainnya.
Enam tahun bekerja sebagai wartawan, Grace banting setir menjadi CEO Saiful Mujani Research and Consulting alias SMRC. Selama bekerja di lembaga riset ini, Grace terpapar dunia politik.
Dua tahun kemudian Grace menjadi ketua umum Partai Solidaritas Indonesia alias PSI. Ia mendirikan PSI bersama Raja Juli Antoni dan eks presenter televisi lainnya, Isyana Bagoes Oka.
Turun dari Jabatan
Tongkat estafet jabatan puncak tersebut ia serahkan pada Giring Ganesha sebagai Pelaksana Tugas Ketum PSI pada Agustus 2020. Kala itu Grace Natalie tengah melanjutkan studi S2 di Lee Kuan Yew School of Public Policy, Singapura.
Setahun berselang, PSI melantik mantan vokalis Nidji itu sebagai Ketua Umum PSI definitif. Jabatan Grace Natalie kemudian berganti menjadi Wakil Ketua Dewan Pembina PSI. Namun, jabatan ini hanya bertahan setahun.
Pasalnya, Dewan Pimpinan Pusat PSI memintanya turun gunung sebagai Plt Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PSI DKI Jakarta. Ia menggantikan Michael Victor Sianipar yang mengundurkan diri dari jabatan tersebut.
Kini, nama Grace Natalie tercatat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina PSI. Jabatan Ketua Dewan Pembina dijabat oleh Jeffrie Geovanie, eks politikus Partai Nasional Demokrat.