Pengamat: Jika Investasi Reksa Dana Saat Pandemi, Pastikan Likuid

123RF.com/Thananit Suntiviriyanon
Ilustrasi investasi. Reksa dana menjadi salah satu instrumen yang bisa dilirik saat krisis, seperti pandemi corona sekarang, namun investor harus memilih bersadarkan underlying asset dan kemampuan MI dalam memberikan fleksibilitas pencairan.
Penulis: Agung Jatmiko
7/4/2020, 14.32 WIB

Pergerakan pasar finansial yang volatil akibat pandemi corona tidak harus membuat investor kehilangan pijakan dalam mengelola portofolionya. Salah satu instrumen yang bisa dilirik oleh investor adalah, reksa dana.

Dalam siaran pers, Selasa (7/4), Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Freddy Tedja mengatakan, reksa dana merupakan instrumen investasi yang paling cocok. Pasalnya, reksa dana terdiri dari banyak produk yang menyasar semua tipe investor, sesuai dengan profil risikonya.

Secara umum, produk reksa dana yang menyasar investor konservatif adalah reksa dana pasar uang. Sementara, investor dengan profil agresif, produk reksa dana yang disasar adalah reksa dana saham. Kemudian, bagi investor moderat, jenis reksa dana yang cocok adalah reksa dana pendapatan tetap.

Terkait strategi investasi di tengah pandemi corona, Freddy mengingatkan, agar investor tetap memperhatikan kebutuhan investasi dan tidak terseret arus investasi orang lain. Sebab, setiap orang memiliki kebutuhan investasi yang berbeda-beda.

Memegang uang tunai atau cash, menurut Freddy, bisa berguna di tengah pandemi corona, karena bisa sewaktu-waktu digunakan seandainya ada kebutuhan mendesak. Namun, mengalokasikan seluruh dana dalam bentuk tunai, juga kurang pas, karena nilai uang tidak pernah berkembang dan justru tergerus inflasi.

Dalam kondisi pandemi corona, penempatan dana di reksa dana dapat menjadi pilihan yang pas. Namun, Freddy mengingatkan, penempatannya harus memperhatikan profil pengelola dananya, yaitu Manajer Investasi (MI).

(Baca: Investor Makin Aktif, Analis Nilai Pasar Modal Tak Terpengaruh PSBB)

"Menempatkan uang di reksa dana yang dikelola oleh manajer investasi yang memiliki pengetahuan dan kemampuan pengelolaan investasi dapat menjadi pilihan di tengah kebingungan. Dan yang sama pentingnya juga, sesuaikan dengan profil risiko dan kebutuhan investasi," ujarnya.

Menurutnya, di tengah pandemi corona, kriteria MI yang layak dilirik adalah, MI yang memiliki platform investasi digital, agar investor tetap bisa berinvestasi dan memantaunya tanpa harus meninggalkan rumah.

Pendapat sedikit berbeda diungkapkan perencana keuangan dari OneShildt Risza Bambang. Menurutnya, reksa dana memang menjadi salah satu instrumen yang bisa dipertimbangkan oleh investor saat ini. Meski demikian, pemilihannya tidak bisa langsung membidik produk reksa dana hanya berdasarkan profil risiko.

Penempatan dana di reksa dana saat krisis, seperti pandemi corona sekarang, menurut Risza lebih baik disesuaikan dengan underlying asset dalam produk reksa dana.

Ia merekomendasikan investor memilih reksa dana yang memiliki underlying asset yang tahan krisis, seperti food & beverage, dan emiten yang berhubungan dengan kesehatan.

"Emiten yang berhubungan dengan kesehatan ini terdiri dari banyak sub-sektor, seperti rumah sakit, apotik, farmasi, dan alat kesehatan," kata Risza kepada katadata.co.id, Selasa (7/4).

Selain itu, memilih MI juga dipandang sebagai langkah yang krusial, karena tak semua MI mampu memberikan layanan yang mampu menjawab kebutuhan investor saat pandemi corona.

Menurut Risza, MI yang sebaiknya dipilih adalah MI yang mampu menawarkan fleksibilitas dalam pembelian dan pencairan reksa dana. Jika disesuaikan dengan kondisi pandemi corona saat ini, Risza melihat MI yang mampu menyediakan kanal digital yang mudah digunakan bisa dipertimbangkan oleh investor.

Selain itu, prosedur pencairan yang cepat juga harus dipertimbangkan oleh investor, karena saat pandemi corona ini kebutuhan mendesak bisa muncul kapan saja. Meski MI menyediakan kanal digital, namun proses pencairannya lama maka hal ini justru makin mempersulit investor.

"Fleksibilitas secara digital, serta memberikan kemudahan dalam pencairan itu kriteria MI yang bisa dilirik oleh investor saat ini. Intinya, yang likuid," ujar Risza.

(Baca: Bareksa Catat Kenaikan Dana Kelolaan 5% di Tengah Pandemi Corona)