Emiten Perikanan Milik Asabri Jelaskan Penyebab Bisnis Merugi

ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Ilustrasi sektor perikanan. Nelayan membongkar muat ikan hasil tangkapan di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Samudera, Banda Aceh, Aceh, Sabtu (4/1/2020).
15/1/2020, 21.15 WIB

Emiten di bidang pengolahan hasil laut Prima Cakrawala Abadi (PCAR) membukukan rugi bersih Rp 9,7 miliar sepanjang sembilan bulan pertama 2019. Jumlah tersebut telah melampaui rugi bersih sepanjang 2018 yang mencapai Rp 8,38 miliar.   

Perusahaan yang 25% sahamnya dikuasai Asabri ini mengalami pembengkakan kerugian seiring penurunan drastis penjualan. Sepanjang sembilan bulan pertama 2019, penjualan tercatat hanya Rp 46,38 miliar. Capaian tersebut anjlok 72,8% dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 148,9 miliar.

Direktur Utama Prima Cakrawala Abadi Raditya Wardhana mengatakan kondisi alam tidak mendukung mitra nelayan untuk melaut. Kondisi alam yang dimaksud antara lain kemarau yang berkepanjangan, arus ombak yang kencang, dan gempa yang beberapa kali terjadi di wilayah laut Sulawesi.

Kondisi ini menyebabkan volume produksi berkurang sehingga mempengaruhi penjualan. "Nelayan tidak ada yang berani melaut sampai ke tengah laut, mitra nelayan kami juga ada yang hilang karena arus ombak yang kencang," kata Raditya saat Public Expose di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (15/1).

(Baca: 25% Saham Dipegang Asabri & Harganya Anjlok, PCAR Tak Punya Penjelasan)

Ia menambahkan, produksi juga berkurang lantaran perusahaan hanya mengandalkan pabrik pengolahan ikan di Makassar, Sulawesi Selatan. Ini terjadi setelah pabrik pengolahan rajungan di Semarang, Jawa Tengah, tutup karena masalah perizinan.

Seiring penutupan pabrik tersebut, Raditya mengatakan, beban perusahaan juga meningkat karena harus mengeluarkan biaya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Di tengah kondisi ini, sejumlah pelanggan melakukan retur pembelian sebesar Rp 6,2 miliar tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh tidak sesuainya standar kualitas produk yang dijual. Untuk menangani masalah kualitas produk pihaknya akan memperketat audit.

"Mungkin ada human error di bagian produksi, karena kami usaha padat karya, hampir semuanya dijalankan manusia," ujarnya.

(Baca: Pacu Ekspor, Prima Cakrawala Jual Rajungan ke Thailand Tahun Ini)

Adapun mayoritas saham PCAR dipegang publik yaitu 69,86%, diikuti Asabri 25,14%, dan Bahari Istana Alkausar 5%. Adapun berdasarkan data Stockbit, Asabri berinvestasi pada saham PCAR mulai 28 November 2018. Pada awalnya, perusahaan tercatat memegang 67 juta lembar saham atau setara 5,79% porsi kepemilikan.

Jumlah saham PCAR yang dikempit Asabri terus bertambah hingga nyaris mencapai 323 juta lembar saham atau 27,68% porsi kepemilikan pada 11 Desember 2018. Sepanjang Juni-Agustus 2019, perusahaan tercatat melepas sedikit demi sedikit sahamnya hingga terakhir memegang 293 juta lembar saham atau 25,14% porsi kepemilikan.

(Baca: Menelusuri Investasi Asabri yang Terpuruk di Saham Gorengan)