Sumitomo dan Investor Thailand Calon Kuat Pembeli Saham Bank Permata

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi, logo PT Bank Permata Tbk. Otoritas Jasa Keuangan menyatakan Sumitomo dan investor asal Bangkok bakal mengakuisisi saham Standard Chartered Bank dan Astra International di Bank Permata.
29/11/2019, 13.17 WIB

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) dan investor asal Bangkok makin serius menjajaki akusisi saham PT Bank Permata Tbk (BNLI). OJK bahkan mengungkapkan kedua investor tersebut siap menggantikan Standard Chartered Bank (Stancart) dan Astra International sebagai pemilik Bank Permata.

Lebih lanjut Deputi Komisioner Pengawas Perbankan III OJK Slamet Edy Purnomo mengatakan tidak ada investor lokal yang bakal mengakuisis saham Bank Permata. "Tinggal dua investor. Investor lokal tidak ada, jadi asing saja. SMBC sama investor dari Bangkok," kata Edy ketika ditemui di Jakarta, Jumat (29/11).

Edy menjelaskan pihaknya terus memantau investor yang ingin masuk ke Bank Permata. Adapun syarat yang diberikan OJK untuk investor yaitu bisa membangun sinergi bisnis di Indonesia dan bisa mendorong sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Pasalnya, sektor UMKM merupakan penopang perekonomian tanah air. Sehingga OJK perlu melihat ada komitmen investor terhadap sektor tersebut.

"Kalau investor berkomitmen untuk mendorong investasi di sektor infrastruktur UMKM, kami akan dukung," katanya.

(Baca: OJK Sebut Negosiasi Penjualan Saham PermataBank oleh Stanchart & Astra)

Setelah kabar dua investor tersebut tertarik mengakusisi saham Bank Permata, saham bank tersebut pada perdagangan sesi pertama hari ini ditutup menguat hingga 5,58% menjadi di level Rp 1.040 per saham. Total saham yang ditransaksikan sebanyak 20.69 juta saham dengan nilai Rp 21,32 miliar dan frekuensi sebanyak 1.443 kali.

Informasi terkait akusisi Bank Permata bermula dari ketertarikan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI). Meski begitu, Bank Mandiri mundur dari proses tersebut. Lalu, muncul kabar beberapa bank asing yang tertarik untuk memiliki saham Bank Permata seperti Oversea-Chinese Banking Corp. (OCBC), Sumitomo Mitsui Financial Group, dan DBS Group Holding.

Kabar penjualan saham Bank Permata sejalan dengan keinginan Stanchart untuk mengoptimalkan operasional bisnisnya di beberapa negara. Bank tersebut berencana melepas operasional bisnis di negara yang dinilai memberikan imbal hasil (return) rendah.  Di antaranya adalah Indonesia, India, Korea Selatan, dan Uni Emirat Arab (UAE).

(Baca: Bank Asing Gencar Ekspansi ke RI, Pengamat Ingatkan Komitmen ke UMKM)

Di sisi lain, kinerja Bank Permata pada tahun lalu cukup positif dengan laba konsolidasi Rp 901 miliar tumbuh 9% dari tahun sebelumnya. Raihan ini merupakan yang tertinggi dalam empat tahun.

Berkurangnya kerugian penurunan nilai aset keuangan sebesar 46% menjadi Rp 1,67 triliun dari tahun sebelumnya Rp 3,12 triliun membuat beban operasional juga menyusut 19% menjadi 6,14 triliun. Alhasil, laba bank tersebut pada 2018 tumbuh dari tahun sebelumnya.

Padahal, emiten dengan kode BNLI tersebut pada 2016 mencatat rugi Rp 6,48 triliun akibat melonjaknya kerugian penurunan aset nilai keuangan sebesar 232% menjadi Rp 12,2 triliun dari tahun sebelumnya Rp 3,67 triliun. Data selengkapnya terkait laba Bank Permata dari 1997 hingg 2018 dalam grafik Databoks di bawah ini:

Reporter: Ihya Ulum Aldin