PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) akhirnya mencatat laba pada semester I 2019 setelah sekian tahun terakhir merugi. Pada periode enam bulan pertama 2019, perusahaan mencatat laba bersih senilai Rp 222,68 miliar atau tumbuh positif dibanding periode yang sama tahun lalu yang masih rugi Rp 1,06 triliun.
Menilik laporan keuangan beberapa tahun ke belakang, kinerja Bakrie terus berfluktuasi. Pada semester I 2015, Bakrie tercatat rugi Rp 378,1 miliar. Lalu, kerugian perseroan menyusut di tahun berikutnya menjadi sekitar Rp 1,40 miliar. Adapun pada semester I 2017, kerugian Bakrie kembali membengkak menjadi Rp 401,1 miliar.
(Baca: Bakrie & Brothers Bangun PLTU Tanjung Jati A Tahun Depan)
Berdasarkan laporan keuangan semester I 2019 yang dirilis perusahaan Rabu (31/7), torehan laba bersih Bakrie antara lain ditopang oleh pertumbuhan pendapatan bersih perusahaan yang tumbuh 7,2% menjadi Rp 1,71 triliun dari Rp 1,59 triliun serta kontribusi kinerja dari beberapa anak perusahaan.
“Kerja keras yang dilakukan beberapa tahun terakhir membuahkan hasil, BNBR kembali berhasil mencetak laba. Ini menggembirakan bagi para pemangku kepentingan, terutama investor,” kata Direktur Utama Bakrie, Anindya Novyan Bakrie melalui siaran resmi, Rabu (31/7).
Dia menyatakan, laba bersih yang dikantongi Bakrie sejalan dengan perusahaan memperbaiki posisi keuangan, salah satunya dengan restrukturisasi utang. "Tahun lalu, kami juga melakukan konversi sebagian utang menjadi saham dan ini turut meringankan beban kami secara cukup signifikan," kata Anin.
Laporan keuangan perusahaan mencatat, beban utang dan bunga Bakrie menyusut pada semester I 2019 menjadi Rp 82,38 miliar dari yang sebelumnya Rp 304,6 miliar. Selain itu, penurunan dari beban perubahan nilai wajar instrumen keuangan neto menjadi Rp 5,69 miliar pada semester lalu, dari Rp 502,4 miliar pada semester I 2018.
(Baca: Terlilit Utang, Bakrie Telecom Berniat Transformasi Bisnis)
Dari penurunan beberapa pos beban keuangan perusahaan di semester lalu, Bakrie berhasil mencatatkan laba sebelum manfaat beban pajak penghasilan senilai Rp 261,5 miliar pada semester I 2019, padahal di periode yang sama tahun sebelumnya, Bakrie mencatatkan rugi Rp 1,03 triliun. "Ini salah satu bukti dan buah keberhasilan restrukturisasi keuangan perseroan beberapa tahun terakhir," kata Anindya.
Dengan kinerja yang baik di periode pertama 2019, dia berharap bisa membuat gerak usaha Bakrie semakin lincah dan agresif. Hal itu juga bisa menjadi modal bagi perusahaan untuk terus memperkuat fundamental bisnis. Terlebih dengan turunnya beban utang, bisa menjadikan struktur keuangan Bakrie menjadi lebih kuat.
Perusahaan juga menyatakan bakal memperbaiki bisnis seluruh anak perusahaan, sehingga bisa berkontribusi terhadap perusahaan induk. “Kami back to basic dengan memperkuat lagi industri-industri yang sejak awal kami tekuni," katanya.
Dengan disertai penerapan teknologi terkini serta penambahan investasi terhadap sumber daya, dia berharap perusahaan mampu bersaing secara global.