Bursa Efek Indonesia (BEI) merasa masih perlu memastikan keseriusan Direksi PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dalam mentransformasi bisnisnya sebelum membuka suspensi perdagangan sahamnya. Saham dari perusahaan Grup Bakrie ini sudah disuspen sejak 27 Mei 2019.
Bursa menghentikan sementara perdagangan saham perusahaan yang dulu merupakan operator telekomunikasi Esia ini karena laporan keuangan 2017 dan 2018 mendapatkan Opini Tidak Memberikan Pendapat (disclaimer) dari Kantor Akuntan Publik. Ada pun, harga saham Bakrie Telecom sudah berada pada titik terendah yaitu Rp 50 per saham sejak November 2012.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan, langkah pertama yang dilakukan oleh pihaknya yaitu meminta perusahaan untuk menjelaskan penyebab laporan keuangannya mendapatkan opini disclaimer. Bakrie Telecom pun sudah mengadakan paparan publik (public expose) insidentil pada 9 Juli 2019.
"Kedua, ada hal-hal lain lagi tidak yang mungkin mengganggu? Misalnya ada informasi-informasi yang perlu kami klarifikasi dari segi bisnis dan rencana ke depan," kata Nyoman ketika ditemui di Gedung BEI, Jakarata, Rabu (10/7).
(Baca: Terlilit Utang, Bakrie Telecom Berniat Transformasi Bisnis)
Sehingga, pihak Bursa tidak serta-merta membuka suspensi saham meski perusahaan sudah melakukan paparan publik insidentil yang salah satunya memaparkan rencana bisnis perusahaan. Bursa bakal melihat rencana bisnis tersebut benar-benar akan jalan atau tidak.
"Jangan sampai buka-tutup-buka-tutup (perdagangan saham Bakrie Telecom). Kemarin (paparan publik isidentil) belum cukup, kami gali lagi terkait bisnisnya. Salah satu konsen Bursa, akan mau dibawa ke mana bisnisnya," kata Nyoman.
Terkait bisnis perusahaan yang disampaikan dalam materi paparan publik, Bakrie Telecom bakal melakukan transformasi bisnis dengan fokus beroperasi di bisnis baru dengan investasi yang seefisien mungkin dan melalui kerja sama dengan pihak lain.
Beberapa layanan yang akan ditawarkan Bakrie Telecom usai transformasi bisnis di antaranya layanan contact center services, premium access number, serta voice & data solution untuk pelanggan korporasi, UKM, dan residensial.
(Baca: Suksesi Grup Bakrie setelah 2002, Anindya Pimpin Bakrie & Brothers)
Namun pihak Bursa bakal melakukan diskusi dengan pengurus perusahaan untuk mengkaji alasan perusahaan memilih bisnis yang ingin digeluti tersebut disertai dengan riset-riset agar memperkuat argumentasinya. Termasuk, berdiskusi mengenai rencana perusahaan yang belum terinformasikan kepada publik.
"Yang penting adalah, Board of Director melakukan action. Itu yang kami tunggu buat perusahaan-perusahaan yang kondisi keberlanjutannya diragukan," kata Nyoman.
Disampaikan oleh perusahaan, transformasi bisnis Bakrie Telecom akan dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi industri telekomunikasi saat ini.
Menurut penilaian mereka, operator telekomunikasi di Indonesia saat ini mencatat pertumbuhan pendapatan dengan kontribusi utama dari pertumbuhan layanan data pelanggan prabayar. Namun, untuk layanan voice dan SMS mengalami penurunan.
Meski demikian, pertumbuhan pendapatan dari layanan data tidak mampu menutupi kebutuhan belanja modal (capex) untuk jaringan layanan data, terutama di jaringan 4G/LTE yang cukup besar. Sehingga pengembalian investasi layanan data tersebut diperkirakan tidak dapat tercapai dalam jangka pendek.
(Baca: Perusahaan Tambang Grup Bakrie Bayar Utang Rp 281 Miliar)