Bali United Gunakan Dana IPO untuk Renovasi Stadion I Wayan Dipta

ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
Pesepak bola Bali United Irfan Bachdim (kiri) beraksi bersama rekannya Sylvano Dominique Comvalius (kedua kiri), Stefano Lilipaly (kedua kanan) dan Nick Van Der Velden (kanan) setelah berhasil membobol gawang Persela Lamongan dalam Pertandingan Sepak Bola Liga 1 di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Minggu (3/9). Bali United menang atas Persela dengan skor 5-1.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
17/6/2019, 15.34 WIB

Setelah melantai di bursa PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA) menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 28 miliar. Direktur Keuangan perseroan Yohanes Ade Bunian Moniaga menjelaskan, mayoritas anggaran capex tersebut akan digunakan untuk merenovasi stadion klub sepakbola Bali United, Kapten I Wayan Dipta.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Bali Bintang Sejahtera, Yabes Tanuri mengatakan, penambahan fasilitas di stadion dilakukan untuk memberikan tambahan fasilitas kepada klien-klien Bali United, seperti penambahan kamera di stadion.

"Itu kami butuh dana semuanya. Jadi, kami sudah ada klien tapi kami butuh dana semua," katanya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (17/6).

Untuk upgrading stadion, Yohanes menjelaskan bahwa perseroan menganggarkan capex sebesar Rp 4 miliar. Ditambah Rp 550 juta untuk biaya sewa stadion. Mereka juga menganggarkan Rp 3,8 miliar untuk perawatan peralatan dan studio, untuk meningkatkan fasilitas latihan sebesar Rp 2,7 miliar, untuk meningkatkan fasilitas playland dan toko yang menjual barang terkait klub sebesar Rp 2,5 miliar, dan untuk membeli bus untuk kepentingan perusahaan Rp 2 miliar.

(Baca: Menyusul Bali United, PSSI Dorong Klub Sepak Bola Masuk Bursa dan IPO)

Selain itu, mereka juga berencana untuk melakukan investasi di bidang teknologi senilai Rp 2 miliar. Sehingga, total capex yang dianggarkan dari paparan di atas senilai Rp 17,5 miliar yang disuntikan kepada PT Bali Boga Sejahtera, di mana anak usaha ini beroperasi di bidang pengelola café/restoran.

Sementara, sisa capex yang sudah dianggarkan oleh perusahaan senilai Rp 10,5 miliar, bakal disuntikan untuk anak usaha mereka yang lain yaitu PT Kreasi Karya Bangsa yang beroperasi di bidang agensi olahraga; PT Radio Swara Bukit Bali Indah yang beroperasi di bidang radio siaran swasta; dan PT IOG Indonesia Sejahtera yang beroperasi di bidang e-sports.

Dengan beberapa entitas anak tersebut, mereka memiliki sumber pendapatan yang beragam, baik dari tiket, hak siar TV, sponsor, penjualan souvenir melalui merchandise store, penjualan makanan dan minuman melalui café, playland, akademi, media, marketing agency, dan e-sports.

Tahun ini perusahaan pun menargetkan dapat mengantongi pendapatan sebesar Rp 159 miliar atau naik 38% dibandingkan pendapatan 2018 sebesar Rp 115,2 miliar. Yohanes menjelaskan, target tersebut sebagian besar akan disumbang dari pendapatan iklan yang ditargetkan sebesar Rp 96 miliar.

(Baca: Setelah Bali United, Arema Disebut Siap Merumput di Pasar Modal)

"Tahun lalu kan (pendapatan dari iklan) senilai Rp 70 miliar," kata Yohanes. Ada pun, pendapatan iklan yang dia maksud adalah iklan yang masuk dari Bali United maupun entitas anak lainnya.

Bali Bintang Sejahtera resmi melantai di pasar modal hari ini melalui skema penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Bali United pun mencatatkan diri dalam sejarah sebagai klub sepak bola pertama yang masuk ke pasar modal di Asia Tenggara.

Saham Bali Bintang Sejahtera tercatat naik 69,14% yang membuat sahamnya otomatis dihentikan pada pembukaan perdagangan perdananya menjadi Rp 296 per saham, dari harga penawaran Rp 175 per saham. Sehingga, klub sepak bola milik konglomerat Pieter Tanuri itu meraup dana segar senilai Rp 350 miliar dari aksi korporasi ini.

(Baca: Investor Turut Pantau Sidang MK, IHSG Hari Ini Diprediksi Turun)

Reporter: Ihya Ulum Aldin