PT Intermedia Capital Tbk (MDIA), anak usaha PT Visi Media Asia Tbk (VIVA), menunda penerbitan obligasi global senilai US$ 300 juta karena tren kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS). Perseroan menunggu hingga pasar lebih kondusif sebelum melanjutkan penerbitan obligasi tersebut.
Direktur dan Corporate Secretary PT Visi Media Asia Tbk Neil R Tobing mengatakan, kenaikan suku bunga acuan AS membuat investor menuntut imbal hasil yang lebih tinggi dari obligasi yang diterbitkan negara-negara berkembang. "Penerbitan obligasi global sudah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham tetapi karena pasarnya masih seperti ini, kami tunda. Kalau nanti pasarnya sudah bagus, kami bisa masuk lagi," kata Neil kepada Katadata.co.id, di Jakarta, Selasa (26/6).
Dalam prospektus yang diterbitkan perseroan Februari lalu, Intermedia berencana menerbitkan obligasi global dengan nilai maksimal US$ 300 juta. Obligasi global dengan tenor lima tahun itu akan menawarkan kupon maksimal sebesar 10% per tahun.
Dana hasil penerbitan global bond akan dipinjamkan kepada induk usahanya, Visi Media Asia Tbk (VIVA), untuk mempercepat pelunasan utang Cakrawala Andalas Televisi (CAT) berupa junior facility agreement senilai US$ 78,37 juta dan senior facility agreement untuk Lativi Mediakarya (LM) senilai US$ 52,08 juta. Pinjaman dari kedua anak usaha itu diberikan oleh para kreditor internasional, antara lain Credit Suisse AG Cabang Singapura, CBIC Lux Securities Trading Sarl, The Varde Fund X Master, dan Tor Asia Credit Master Fund LP. Sisa dana obligasi akan digunakan untuk mendukung bisnis Intermedia.
Transaksi ini merupakan transaksi afiliasi karena VIVA merupakan pemegang 89,99% saham MDIA. VIVA juga memiliki 88,79% saham LM sedangkan MDIA memiliki 99,99% saham CAT. Transaksi ini juga merupakan transaksi material karena nilai transaksi melebihi 50% dari ekuitas MDIA per 31 Oktober 2017 yang mencapai Rp 2,52 triliun. Aksi korporasi ini semula ditargetkan terlaksana pada Maret 2018.
(Baca: Transaksi Rumit Dua Stasiun Televisi Grup Bakrie Keluar dari Belitan Utang)
Belanja Modal
Penundanaan penerbitan obligasi global itu tidak akan memengaruhi anggaran belanja modal (capital expenditure) Intermedia tahun ini sebesar Rp 100 miliar. Neil mengatakan, Intermedia akan menggunakan kas internal untuk membiayai belanja modalnya.
Belanja modal Intermedia akan digunakan untuk membangun infrastruktur ruang kendali siaran televisi atau master control room (MCR) ANTV dan mengganti beberapa menara pemancar yang masa pakainya sudah habis. "TV One juga mulai mengganti beberapa sistem penyiaran, kamera, dan sebagainya," ujar Neil.
Berdasarkan laporan keuangan Intermedia, pada 2017 perseroan membukukan pendapatan Rp 1,99 triliun, tumbuh 13,3% dari 2016 sebesar Rp 1,76 triliun. Kontribusi Intermedia terhadap pendapatan konsolidasi Visi Media mencapai 71,7%.
Presiden Direktur Visi Media Asia Anindya N Bakrie optimistis perseroan mampu tumbuh dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan industri pada tahun ini. Hal ini akan ditopang oleh peningkatan pangsa pasar perseroan. Pada periode 2011-2017, perseroan meraih pertumbuhan pangsa pasar penonton atau audience share sebesar 87%. Kontribusi terbesar audience share VIVA berasal dari ANTV sebagai televisi hiburan dan TV One sebagai stasiun televisi berita serta olahraga.
(Baca: Sponsor Piala Dunia 2018 Dikuasai Tujuh Perusahaan Tiongkok)