Mengekor Bursa AS, Indeks di Bursa Saham Global Berjatuhan

ANTARA FOTO/REUTERS/Andrew Kelly
Pedagang saham bekerja di lantai bursa di New York Stock Exchange (NYSE) di Manhattan, New York City, Amerika Serikat, Rabu (21/12).
6/2/2018, 14.35 WIB

Indeks di bursa saham dunia berjatuhan pada awal pekan ini, mengekor pelemahan di bursa saham Amerika Serikat (AS). Kejatuhan indeks terjadi lantaran maraknya aksi jual seiring membesarnya peluang bank sentral Amerika Serikat (AS) menaikkan bunganya lebih cepat dari ekspektasi.

Pada perdagangan Senin (5/2), semua indeks utama di bursa AS melemah. Indeks Dow Jones terkoreksi paling dalam yaitu sebesar 4,6% dan diikuti S&P 500 yang turun 4,1%. Pelemahan tersebut berlanjut dari Jumat (2/2) pekan sebelumnya.

Seiring kondisi tersebut, indeks di bursa Eropa dan Asia juga tertekan. Pada perdagangan Selasa (6/2) ini, mayoritas indeks di bursa Asia melemah, melanjutkan pelemahan pada perdagangan hari sebelumnya. Sekitar Pukul 13.00 WIB, pelemahan terpantau dipimpin indeks Nikkei 225 dan Topix di Jepang yang masing-masing terkoreksi 5,08% dan 4,61%, lalu diikuti Hang Seng yang turun 3,92%.

Di dalam negeri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 2,47% pada sesi pertama perdagangan. Jika digabungkan dengan koreksi pada hari sebelumnya yang sebesar 0,59% maka total koreksi sudah mencapai 3,06%. Pelemahan indeks seiring dengan aksi jual oleh investor asing. (Baca juga: Banjir Dana Asing, Rupiah Menguat Nyaris 2% Sejak Awal 2018)

Head of Equity Strategy Saxo Bank Peter Garnry memprediksi investor akan kembali melakukan aksi beli setelah koreksi yang terjadi. Hal itu dengan memanfaatkan cerita inflasi AS yang akan mengerek bunga dana AS. “(Mereka) akan menaikkan ekuitas lagi, yang merupakan perilaku klasik di siklus akhir yang terakhir kali kita lihat di 2007," kata dia seperti dikutip Bloomberg.

Sementara itu, menanggapi aksi jual oleh investor asing di pasar saham domestik, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menjelaskan, setidaknya ada dua penyebab hal tersebut, yaitu efek domino penurunan indeks AS dan harga saham yang sudah terlampau tinggi.

"Ketika pasar mengalami jenuh beli, asing kan suka melepas kemudian dia akan mencari semacam titik keseimbangan baru," kata dia.(Baca juga: Terindikasi Alami Bubble, IHSG Rawan Koreksi