PT M Cash Terintegrasi Tbk (MCI) tengah melakukan proses penawaran umum saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO). Perusahaan digital ini diproyeksikan akan memperoleh kenaikan laba hingga tujuh kali lipat pada tahun depan.
PT Trimegah Sekuritas dan Kresna Sekuritas sebagai sebagai penjamin emisi efek (underwriter) dalam proses IPO tersebut memproyeksikan kinerja keuangan MCI akan terus tumbuh. Pada akhir tahun ini, pendapatan MCI diproyeksikan akan sebesar Rp 893 miliar dengan laba 6,8 miliar.
"Sementara di 2018, pendapatan MCI akan berada di angka Rp 2,3 triliun, sedangkan laba bersih berada di angka Rp 49,5 miliar," ujar Head of Research PT Kresna Sekuritas Stanley Tjiandra saat diskusi dengan media di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (26/10).
Ia menyebut, sampai dengan April 2017 ini saja, pendapatan perusahaan tercatat sebesar Rp 269 miliar dengan laba bersih mencapai Rp 3 miliar. Dengan pencapaian tersebut, Stanley yakin MCI bisa mencatatkan kinerja sesuai dengan apa yang telah diproyeksikan Trimegah.
Sementara itu, Managing Director MCI Jahja Suryandy menjelaskan, proyeksi yang disampaikan oleh Trimegah bersifat konservatif. Menurutnya, MCI akan terus berusaha untuk melampaui proyeksi tersebut. Dirinya pun berharap para investor yang membeli sahamnya ini sudah bisa menikmati dividen tahun depan.
“Kami mau menjadi the biggest digital distribution company in Indonesia," ujar Jahja.
Dirinya menambahkan, MCI menargetkan penambahan jumlah kios menjadi 4.000 unit tahun depan. Sedangkan di 2019, akan ada 10.000 kios yang terbangun. Sementara untuk tahun ini, akan ada 1.000 kios yang tersebar ke seluruh wilayah Indonesia. "Akan ada kerja sama dengan siapa atau joint venture dengan siapa," ujarnya.
MCI telah mencetak kelebihan permintaan hingga 9,3 kali dalam proses IPO ini. Adapun MCI menawarkan 216,38 juta saham baru, atau setara 25% dari total modal. Setelah melalui masa booked building (proses pembentukan harga saham), perusahaan memutuskan harga perdana sahamnya Rp 1.385 per saham.
Adapun target perolehan dana sebesar Rp 300 miliar. "Kebanyakan dari institusi dari Singapore, Hongkong, Australia, Amerika Serikat, dan Indonesia. Sedangkan yang menjadi anchor ada PIG Capital dan Maybank Asset," ujarnya.
Mengenai penggunaan dana yang akan didapat dari hasil IPO, Jahja menjelaskan 60% dana akan digunakan untuk modal kerja, 30% untuk pembelian mesin dan pengembangan perangkat lunak serta mengembangkan infrastruktur IT lainnya. Sedangkan sisanya, sebesar 10% akan digunakan untuk meningkatkan kompetensi termasuk Sumber Daya Manusia.