Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus meroket. Pada perdagangan saham Kamis (22/6), indeks kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di level 5.829 meski diwarnai aksi jual oleh investor asing.
Indeks ditutup menguat 0,19 persen ke level 5.829 pada Kamis ini, setelah betah bertengger di zona merah sepanjang hari. Sehari sebelumnya, Rabu (21/6), indeks mencetak rekor lantaran ditutup menguat 0,46 persen ke level 5.818. (Baca juga: Bursa Asia Tumbang, IHSG Cetak Rekor Tertinggi Jelang Libur Lebaran)
Sebanyak enam dari sepuluh indeks sektoral mengalami penguatan, yang tertinggi indeks sektor pertanian naik 2,63 persen, lalu diikuti industri dasar dan perdagangan, masing-masing sebesar 1,03 persen dan 0,76 persen. Adapun, indeks yang melemah paling besar yaitu infrastruktur turun 0,4 persen.
Sebelumnya, indeks sempat disebut-sebut berisiko melemah lantaran adanya potensi investor jangka pendek alias trader melakukan aksi ambil untung (profit taking). Apalagi, level indeks sudah cukup tinggi.
Analis Indosurya Mandiri Sekuritas William Surya Wijaya tak menampik adanya risiko tersebut. Sebab, trader memang selalu mencari peluang untuk meraup untung jangka pendek. Namun, ia menekankan, harga saham yang melemah akibat aksi ambil untung merupakan peluang bagi investor jangka menengah dan panjang untuk melakukan akumulasi beli.
“Momentum koreksi sehat masih dapat terus dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi pembelian untuk investasi jangka panjang, mengingat dalam jangka panjang IHSG masih berada dalam jalur uptrend (tren kenaikan),” kata dia, Rabu (21/6). (Baca juga: Antisipasi Risiko Libur Panjang Bursa, Investor Disarankan Beli Saham)
Mengacu pada data RTI, perdagangan saham pada Kamis ini diwarnai aksi jual oleh investor asing. Alhasil, investor asing tercatat membukukan penjualan bersih Rp 911,49 miliar di pasar reguler dan Rp 1,98 triliun di keseluruhan pasar.
Dari bursa Asia, mayoritas indeks utama tercatat turun. Indeks Nikkei 225 dan Topix di Jepang turun masing-masing 0,14 persen dan 0,07 persen. Demikian juga indeks Hang Seng di Hong Kong turun 0,08 persen. Meski begitu, indeks CSI 300 di Cina tercatat naik 0,07 persen.
Mayoritas indeks di negara-negara berkembang di Asia Pasifik juga tercatat turun. Hal tersebut tercermin dari MSCI AC Asia Pacific yang melorot 0,51 persen.