Antisipasi Risiko Libur Panjang Bursa, Investor Disarankan Beli Saham

Arief Kamaludin|KATADATA
Para finalis model Popular menjajal transaksi saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, 3 November 2016.
21/6/2017, 10.41 WIB

Risiko pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membayangi bursa saham domestik jelang cuti panjang Hari Raya Lebaran. Risiko tersebut muncul lantaran investor jangka pendek alias trader bisa saja memanfaatkan momentum ini untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking). 

Analis Indosurya Mandiri Sekuritas William Surya Wijaya tak menampik adanya risiko tersebut. Sebab, trader memang selalu mencari peluang untuk meraup untung jangka pendek. Namun, ia menekankan, harga saham yang melemah akibat aksi ambil untung merupakan peluang bagi investor jangka menengah dan panjang untuk melakukan akumulasi beli.

“Bisa jadi momentum untuk melakukan akumulasi beli kalau (harga saham) murah,” kata William kepada Katadata, Selasa (20/6) kemarin. Sebab, ia melihat indeks masih dalam tren kenaikan ke depan. Apalagi, indeks baru saja mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di level 5.791 pada Senin (19/6) lalu. (Baca juga: Ikuti Pemerintah, Bursa Saham Libur Panjang 23-30 Juni 2017)

Menurut dia, tren kenaikan indeks juga seiring dengan fundamental ekonomi Indonesia yang kuat dan kondisi ekonomi global yang cukup baik. Cadangan devisa Indonesia pada akhir Mei lalu mencapai level tertinggi sepanjang masa yaitu US$ 124,95 miliar, inflasi terkendali, dan neraca perdagangan beberapa kali surplus.

Dari sisi global, negara-negara juga tengah berupaya menggenjot pertumbuhan ekonominya. Mengacu pada proyeksi Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi global tahun ini bakal naik menjadi 2,7 persen dari 2,3 persen tahun lalu. (Baca juga: BEI: Dana Asing Masuk Bursa Rp 20 Triliun, Lampaui Pencapaian 2016)

Pada Juli nanti, ia juga melihat potensi penguatan indeks seiring dengan baiknya data-data kinerja korporasi pasca Ramadan dan Lebaran. “Juli banyak bagusnya, kinerja (korporasi) setelah puasa Lebaran pasti kan naik. Retail, infrastruktur. Jasa Marga, kinerja pasti bagus karena pendapatan oke. Telekomunikasi,” ujarnya.

Pada perdagangan Rabu (21/6) ini, William melihat IHSG masih berpotensi melanjutkan penguatan setelah sehari sebelumnya ditutup naik 0,87 persen ke level 5.791. Ia memproyeksi indeks bakal bergerak pada rentang 5.716-5.837.

Potensi penguatan juga disampaikan Analis First Asia Capital, David N. Setyanto. Ia memprediksi IHSG bergerak bervariasi namun berpeluang menguat terbatas dan ditutup di level tertinggi baru pada perdagangan Rabu ini. “Pemodal akan digerakkan dengan sentimen positif dari kawasan Asia menyambut masuknya saham China dalam daftar MSCI dan peluang penguatan rupiah terhadap dolar AS,” kata dia.

Meski begitu, masih ada faktor penekan pasar yaitu sentimen harga komoditas yang bearish (cenderung turun) menyusul anjloknya harga minyak mentah pada Selasa (20/6) malam. IHSG diproyeksi bergerak di rentang 5.760-5.810.

Sementara itu, Analis Senior dari PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada mengatakan IHSG memang masih berpotensi mengalami penguatan selama tidak terjadi aksi ambil untung jelang libur lebaran. “Tetap antisipasi sentimen yang dapat mengubah arah IHSG di tengah upayanya untuk bertahan di jalur hijau,” kata dia.

Adapun, sepanjang Rabu pagi, IHSG terpantau bergerak di jalur merah. Indeks dibuka melemah 0,33 persen ke level 5.772. Hingga pukul 10.26 WIB, indeks tercatat bergerak di rentang 5.771-5.788. Kepala Riset dan Strategis Bahana Securities Harry Su pun menyarankan investor pasang posisi jual saja jelang libur panjang. "Sudah lumayan tinggi indeksnya, take profit saja dulu," kata dia.