KATADATA ? PT Jasa Marga Tbk menanggung akibat kebijakan pemerintah memberikan potongan tarif tol sebesar 25 persen-35 persen selama masa lebaran tahun ini. Pendapatan perusahaan BUMN pengelola jalan tol tersebut akan berkurang. Investor pun merespons negatif kebijakan itu sehingga harga saham Jasa Marga di bursa saham merosot hingga 15 persen.
Direktur Keuangan Jasa Marga Reynaldi Hermansjah mengatakan, secara hitung-hitungan pendapatan Jasa Marga akan turun akibat adanya potongan tarif tersebut. Namun, di sisi lain, dia menilai kebijakan itu akan menguntungkan karena trafik kendaraan yang masuk ruas tol bakal meningkat. ?Kalau kasat mata seakan-akan pendapatan turun. Tapi ada satu hal yang menarik, dengan tarif yang didiskon ini maka trafik bisa meningkat,? tutur Reynaldi ketika dihubungi Katadata, belum lama ini.
Kendati begitu, dia belum mau menyebutkan hasil perhitungan manajemen perusahaan mengenai dampak pengurangan tarif tol terhadap pendapatan Jasa Marga. Alasannya, kebijakan ini baru saja dijalankan. Sedangkan penurunan harga saham Jasa Marga juga merupakan imbas dari kondisi pasar saham yang melorot secara regional. ?Kami juga tidak punya policy untuk menahan harga saham,? imbuhnya.
Permintaan Presiden Joko Widodo agar operator jalan tol menurunkan tarif pada H-10 hingga H+5 lebaran disampaikan saat meresmikan ruas tol Cikampek-Palimanan pada 12 Juni lalu. Pasca pernyataan Presiden Jokowi, harga saham Jasa Marga terus turun hingga menyentuh titik terendah pada 29 Juni lalu sebesar Rp 5.350 per saham. Kalau dihitung sejak 11 Juni lalu, harga saham emiten berkode JSMR ini turun 15 persen.
Menurut Kiswoyo Adi Joe, analis dari Investa Saran Mandiri, pendapatan Jasa Marga berpotensi berkurang 10 persen akibat kebijakan pemerintah tersebut. Potensi penurunan ini memang tidak terlalu signifikan sebab diskon diberikan hanya sepanjang lebaran.
Namun, kebijakan ini bisa mendorong mobil-mobil bermuatan besar ikut masuk jalan tol. Hal ini dikhawatirkan akan merusak badan jalan, sehingga Jasa Marga harus menanggung beban untuk memperbaiki kerusakan. Alih-alih menambah pendapatan, hal itu malah bisa memperbesar beban perusahaan. ?Penurunan pendapatan mungkin tidak seberapa besar. Tapi efeknya, begitu diturunkan itu kan truk lewat. Membetulkan (jalan) mahal. Truk 'bilang' bermuatan 100 ton, padahal bisa 300 ton,? kata Kiswoyo.
Budi Frensidy, Direktur Fund and Fun, mengatakan, kebijakan ini akan berpengaruh pada pendapatan Jasa Marga. Untuk itu, investor memilih menjual saham emiten tersebut, sehingga harga sahamnya turun tajam. Padahal, sebelum diumumkan kebijakan tersebut, harga saham JSMR sempat menguat ke level Rp 6.250 per saham.
?Target penjualan dan pendapatan di bulan ini yang diperkirakan tinggi-tinggi (karena lebaran), jadi tidak tercapai. Tapi penurunan pendatan tidak signifikan karena cuma dua mingguan,? tutur Budi.