KATADATA ? Investor di pasar saham memilih bersikap menunggu dan memantau (wait and see) perkembangan perekonomian Indonesia. Mereka masih berharap pemerintah dapat meningkatkan penyerapan anggaran pada semester II.
Direktur Fund and Fun Budi Frensidy mengatakan, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi di kisaran 5 persen masih cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga. ?Indonesia masih menarik di mata investor global. Hanya kalah dengan India,? kata dia di Jakarta, Rabu (8/7).
Dalam perhitungannya, indeks harga saham gabungan (IHSG) diproyeksikan masih bisa tumbuh 10 persen. ?Ini dengan catatan tidak ada optimisme berlebihan dan pesimisme berlebihan,? tutur dia.
Menurut Budi, aliran modal asing yang keluar tidak perlu dikhawatirkan karena biasanya mereka akan masuk lagi karena saham-saham Indonesia sudah murah. Apalagi, Indonesia masih memiliki sejumlah potensi, seperti struktur demografi yang berusia muda. ?Memang ada masalah di birokrasi. Kemudian infrastruktur dasar, tapi ini merupakan peluang bagi investor,? kata dia.
Ketua Umum Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Haryajid Ramelan juga berpendapat serupa. Dia menilai pasar masih optimistis terhadap perekonomian Indonesia karena pelemahan ekonomi terjadi di banyak negara. Kebijakan pemerintah mereformasi fiskal dinilai akan berdampak positif bagi perekonomian.
"Saya perkirakan, optimismenya IHSG bisa ke level 5.500 sampai akhir tahun. Pesimismenya 4.800,? tutur dia.
Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menuturkan, pasar masih bersikap menunggu dan memantau perkembangan ekonomi. Apalagi tingkat pertumbuhan ekonomi pada kuartal II diperkirakan berada di angka 4,8 persen-4,9 persen.
Dengan tingkat konsumsi rumah tangga yang mengalami pelemahan meski sudah memasuki Ramadan. Sementara, pengeluaran pemerintah juga belum signifikan sehingga investasi juga belum bisa menopang pertumbuhan ekonomi. Sedangkan ekspor, masih tertekan harga komoditas yang rendah dan penurunan permintaan.