KATADATA ? Kasus meninggalnya dua pasien Rumah Sakit Siloam Karawaci, Tangerang, akibat kekeliruan dalam pemberian obat, memengaruhi pergerakan saham dua emiten.
Saham PT Kalbe Farma Tbk sudah terkoreksi 3,2 persen sejak Senin (16/2), ketika kasus yang terjadi pada 12 Februari itu mulai tersebar di media massa. Pada perdagangan hari ini, saham emiten berkode KLBF berada di level Rp 1.805 per saham atau turun tipis 0,3 persen.
Penurunan harga juga terjadi pada saham PT Siloam International Hospitals Tbk. Harga saham emiten berkode SILO itu sudah turun 1,4 persen.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, saham Kalbe cenderung akan berkonsolidasi. Pasar sudah akan melakukan perhitungan kembali atas saham emiten farmasi itu.
?Sentimen (pada hari) pertama sudah turun. Besoknya (saham) turun lagi. Kalau sudah rebound pasti pasar sudah price in (menyesuaikan),? kata Hans kepada Katadata, Rabu (18/2).
Dalam suratnya kepada Bursa Efek Indonesia, manajemen Kalbe Farma melakukan penarikan sukarela secara nasional atas dua produk obat, yakni Buvanest Spinal 0,5 persen Heavy 4 ml dan Asam Tranexamat Generik 500 mg/Amp 5 ml.
Keputusan ini dilakukan setelah dua pasien Rumah Sakit Siloam meninggal dunia, setelah terjadi kekeliruan injeksi obat anestesi tersebut.
Menurut Hans, kasus ini tak akan berdampak besar pada perusahaan, karena porsi penjualan kedua jenis obat ini terbilang kecil dibandingkan total obat beredar secara keseluruhan.
Kasus ini pun tidak terlalu berpengaruh terhadap penjualan obat lain yang diproduksi perseroan. Sebab, pembelian obat dari masyarakat umumnya tergantung pada resep dokter.
Dia juga optimis, dengan adanya program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, penjualan obat masih akan baik.
?Harusnya tidak terlalu sentitif terhadap merek atau produsen penerbit. Kan tergantung resep saja. Kecuali obat lepas,? ujarnya.
Analis First Asia Capital David Nathanael Sutyanto juga memperkirakan pergerakan sahamnya Kalbe Farma akan lebih baik, meski ada potensi melanjutkan penurunan. Dia memperkirakan harga sahamnya berada pada level support Rp 1.800 per saham.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan sekaligus Direktur Keuangan Kalbe Farma Vidjongtius mengatakan, perseroan masih menghitung dampak penarikan obat tersebut terhadap kinerja perseroan.
Dia juga enggan menyebutkan porsi penjualan kedua jenis obat ini dari total obat yang dijual. ?Proses penarikan produk sedang berjalan sehingga volume belum bisa dihitung dampaknya ke kinerja,? kata dia melalui pesan singkatnya kepada Katadata.