Prospek BCA Lebih Menjanjikan Ketimbang Astra

Arief Kamaludin|KATADATA
KATADATA | Arief Kamaludin
Penulis:
Editor: Arsip
12/9/2014, 17.50 WIB

KATADATA ? Analis mengatakan investor lebih berminat membeli saham PT Bank Central Asia (BCA), karena prospeknya yang sangat baik. Makanya BCA bisa menjadi emiten yang berkapitalisasi paling besar di Bursa Efek Indonesia, mengungguli Astra.

Kapitalisasi saham BCA sudah mencapai Rp 294 triliun. Sedangkan PT Astra Internasional Tbk yang selama ini menjadi emiten paling besar, saat ini kapitalisasinya sedikit lebih rendah dibandingkan BCA, yakni senilai Rp 292 triliun. 

(Baca: Geser Astra, BCA Jadi Emiten Berkapitalisasi Terbesar di Bursa)

Menurut Analis KDB Daewoo Securities Indonesia Betrand Raynaldi, ada tiga hal yang mampu membuat saham BCA mampu menyaingi Astra Internasional. Pertama, mencuatnya kasus pajak yang membelit BCA beberapa waktu lalu, hingga saat ini belum ada kepastian.

Kedua, prospek BCA sangat baik. BCA memiliki ruang tumbuh yang besar. Hal ini bisa terlihat dari rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio/ LDR) yang masih pada kisaran 70-80 persen. Lebih rendah dibandingkan industri perbankan yang sudah mencapai 90 persen. 

Ketiga, penyaluran kredit BCA juga terus mengalami kenaikan. Pertumbuhan kredit di semester 1-2014 tercatat sebesar 15 persen. Makanya laba dari bank ini juga sangat besar.

Jika melihat ketiga hal tersebut, kata Betrand, prospek BCA lebih menjanjikan dibanding Astra. Sebab, penjualan mobil kedepan menurutnya masih belum menjanjikan. Selain itu, pangsa pasar Astra juga cenderung menurun.

"Kenapa dia (BCA) bisa geser Astra. Karena 56 persen usaha Astra dari otomotif. Sementara ke depan, nggak ada hal yang membuat optimis," ujar dia, kepada Katadata, Jumat (12/9).

Analis First Asia Capital David Nathanael Sutyanto menambahkan, upaya BCA menaikan biaya administrasi akan membuat pendapatannya meningkat. Selama ini BCA terkenal dengan bank yang memiliki nasabah ritel terbesar.

Selain itu, BCA menurunkan bunga depositonya. "Diturunkannya bunga deposito, juga membuat DPK mereka memiliki cost yang rendah," tutur dia.

Reporter: Desy Setyowati