Bursa saham Amerika Serikat (AS) tercatat turun pada penutupan perdagangan Rabu (13/5), imbas pernyataan Gubernur Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell.
Mengutip New York Times, Rabu (13/5), indeks S&P 500 tercatat turun 1,75% atau 50,12 poin di level 2.820. Sementara, indeks Dow Jones tercatat turun 2,17% menjadi 23.247,97. Pergerakan dua indeks ini melanjutkan pelemahan sehari sebelumnya.
Pelaku pasar sebelumnya masih meyakini perekonomian mampu pulih cepat, namun beberapa hari terakhir tidak ada sentimen positif yang bisa menjadi pijakan para investor. Hal ini semakin diperburuk dengan pernyataan Powell, yang dipandang sebagai sikap pesimis dan skeptis terhadap perekonomian AS.
"Butuh waktu untuk bisa kembali ke kondisi normal. Saya rasa pemulihan ekonomi akan lebih lambat dari yang kami inginkan. Ini mungkin berarti kita perlu berbuat lebih banyak," ujar Powell dalam wawancara dengan Adam Posen, direktur Institut Peterson untuk Ekonomi Internasional, dikutip dari Reuters, Kamis (14/5).
Mengutip Business Insider, investor sebelumnya berharap mendapatkan petunjuk terkait langkah-langkah The Fed selanjutnya untuk meredam krisis ekonomi akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Pernyataan Powell yang terkesan skeptis dan mengharapkan adanya stimulus fiskal tambahan, membuat pelaku pasar kecewa dan memilih menahan diri.
Pernyataan Powell juga memupus harapan adanya kebijakan suku bunga negatif dari The Fed, yang sebelumnya diharapkan pasar mampu menggerakkan roda perekonomian. Padahal, Presiden AS Donald J. Trump sebelumnya mengemukakan, gagasan suku bunga negatif sangat mungkin diambil.
Dalam laporannya, Selasa (12/5), JP Morgan juga menyebutkan tingkat suku bunga negatif bisa menjadi stimulus yang pas, dalam jangka pendek. Penerapannya bisa dilakukan selama periode tertentu, sampai perekonomian memperlihatkan sedikit kenaikan.
Sentimen positif semakin kabur, karena selain pernyataan Gubernur The Fed, Kongres AS juga masih belum menemukan titik kesepakatan terkait bantuan tambahan. Partai Demokrat dan Republik dikabarkan masih berdebat mengenai apakah stimulus fiskal tambahan sebesar US$ 3 triliun perlu diambil atau tidak.
Selain itu, kekhawatiran pasar semakin kuat, saat ahli penyakit menular asal Amerika Serikat (AS) Anthony Fauci mengatakan di depan Kongres AS, bahwa pelonggaran karantina wilayah (lockdown) dapat memicu semakin meluasnya wabah virus corona.
Namun, pasar saham diperkirakan tak jatuh terlalu dalam, karena beberapa investor kelas kakap dilaporkan tidak menarik dananya. Meski demikian, para investor tersebut tidak mengambil posisi beli alias masih wait and see.