Beda Dampak Pembatalan Lelang 5G terhadap Saham Telkom dan Smartfren

ANTARA FOTO/REUTERS/JASON LEE
Seorang insinyur berdiri di bawah stasiun pangkalan antena 5G dalam sistem uji lapangan SG178 Huawei yang hampir membentuk bola di Pusat Manufaktur Songshan Lake di Dongguan, provinsi Guangdong, China, Kamis (30/5/2019).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Yuliawati
27/1/2021, 12.21 WIB

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) membatalkan proses seleksi atau lelang penggunaan pita frekuensi 2,3 GHz
yang menjadi kandidat spektrum 5G. Pembatalan yang diumumkan pada Sabtu (23/1), berdampak pada turunnya saham emiten yang terkait dengan proses lelang.

Dua dari tiga perusahaan yang lolos lelang merupakan emiten di pasar saham, yaitu PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN). Perusahaan lain yang lolos adalah PT Hutchison 3 Indonesia, bukan merupakan emiten di Bursa Efek Indonesia.

Telkom lolos penggunaan pita melalui anak usahanya PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel). Usai pengumuman, saham Telkom langsung turun 0,59 % pada perdagangan Senin (25/1) dan diteruskan keesokan harinya yang turun hingga 3,26 %.

Analis Reliance Sekuritas Anissa Septiwijaya menilai, dampak pembatalan lelang tersebut terhadap kinerja Telkom tidak terlalu signifikan dan sifatnya hanya sementara. Terbukti, pada harga saham Telkom yang bergerak naik 2,76 % menjadi Rp 3.350 pada Rabu (27/1) hingga pukul 11.15 WIB.

"Karena jika dilihat pendapatan segmen data juga pertumbuhannya masih solid karena kebutuhan internet yang masih tinggi di tengah pandemi," kata Anissa kepada Katadata.co.id, Rabu (27/1).

Berdasarkan laporan keuangan Telkom, pendapatan Telkom dari bisnis data, internet, dan jasa teknologi informasi senilai Rp 56,45 triliun pada September 2020. Catatan itu mengalami peningkatan 3,46 % dari September 2019 senilai Rp 54,56 triliun.

Anissa masih memasukan saham Telkom dalam daftar rekomendasi beli untuk para investor dengan target harga Rp 4.040 per saham.



Sedangkan, saham Smartfren di Bursa juga mengalami koreksi setelah pengumuman pembatalan tersebut. Pada Senin (25/1) sahamnya anjlok 6,06 % dan berlanjut pada keesokan harinya dengan turun 3,23 % di harga Rp 60 per saham. Saat berita ini ditulis, harga saham FREN masih stagnan pada Rabu (27/1).

Nissa mengatakan, perusahaan yang masuk dalam kelompok usaha Sinarmas ini, tidak menarik secara fundamental. Sehingga, saham ini belum masuk dalam rekomendasinya. "FREN secara fundamental sendiri masih belum menarik," kata Anissa.

Hingga triwulan III 2020, Smartfren mampu membukukan pendapatan usaha senilai Rp 6,84 triliun, tumbuh dibandingkan periode yang sama tahun 2019 senilai Rp 4,97 triliun. Meski begitu, jumlah beban usaha juga ikut meningkat menjadi Rp 7,89 triliun dari sebelumnya Rp 6,73 triliun.

Hal tersebut membuat Smartfren masih mengalami kerugian bersih mencapai Rp 1,75 triliun hingga September 2020. Kerugian tersebut membengkak dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 1,63 triliun.

Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menilai, pembatalan ini dapat mengganggu iklaim investasi di sektor telekomunikasi. “Industri telekomunikasi itu heavy dan bersifat internasional. Sedikit banyak, (pembatalan) akan menimbulkan pertanyaan,” kata Heru kepada Katadata.co.id, Selasa (26/1).

Ia menilai, Kominfo perlu memberikan penjelasan detil alasan pembatalan dan kapan lelang kembali dibuka. “Jika tidak terjawab rinci, ini akan mempengaruhi masuknya investor ke dalam negeri. Apalagi, soal adopsi 5G yang diperkirakan menggaet banyak investasi besar,” ujarnya.

Heru juga menilai, Kominfo tidak secara gamblang menjelaskan alasan pembatalan lelang. Penjelasan hanya terkait kehati-hatian. “Peserta lelang bisa menggugat secara hukum,” kata dia. "Mereka dirugikan karena telah menyiapkan dokumen dan jaminan yang nilainya tidak kecil.”

Selain berpengaruh terhadap iklim investasi, Heru menilai bahwa pembatalan tersebut dapat mempersempit opsi frekuensi untuk penerapan 5G.

Reporter: Ihya Ulum Aldin