Ekonomi Tak Bertenaga, IHSG Diramal Masih Tertekan Pada April

ANTARA FOTO/ Reno Esnir/foc.
Karyawan melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/1/2021).
Penulis: Lavinda
9/4/2021, 10.19 WIB

Nilai transaksi saham dan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi akan terkonsolidasi pada April 2021, seiring dengan hadirnya momentum puasa serta kondisi makro ekonomi domestik yang belum bertenaga.

Investment Information Head PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Roger M.M. memprediksi nilai transaksi bursa saham akan terpangkas menjadi hanya sekitar Rp 9 triliun per hari, dari rerata transaksi saham Januari, Februari, dan Maret yang masing-masing tercatat sebesar Rp 20 triliun, Rp 15 triliun, dan Rp 10 triliun per hari.

“April ada kemungkinan turun tipis menjadi sekitar Rp 9 triliun per hari. Faktor puasa biasanya membuat nilai transaksi harian lebih lesu dibanding sebelumnya,” ujar Roger dalam konferensi pers yang digelar online pada Kamis (8/4).

Dia juga memprediksi IHSG akan terkonsolidasi dengan tren menurun di level support 5.892-5.735 serta resisten 6.195-6.281. Menurut Roger, ada dua faktor positif yang dapat mendukung pergerakan indeks saham ke depannya. Pertama, laporan kinerja keuangan emiten pada periode 2020 dan kuartal I 2021. Kedua, aksi korporasi sejumlah emiten, terutama musim dividen.

Roger mencatat ada beberapa emiten unggulan yang memiliki imbal hasil (yield) dividen tinggi. Beberapa di antaranya adalah ADRO sebesar 3,3%, PGAS 3,2%, AKRA 2,7%, PTBA 2,7%, ASII 2,3%, BBRI 2,2%, dan UNTR 2,1%.

"Beberapa saham emiten berkesempatan mendapatkan angin segar dari sentimen dividen yang tinggi," kata Roger.

Dari kondisi global, sentimen positif berasal dari angka aktif Covid-19 dunia yang turun signifikan, kampanye vaksin terbesar sepanjang masa, dan prospek pemulihan ekonomi yang sesuai jalurnya.

“Distribusi vaksin akan menjadi kunci bagi prospek pemulihan ekonomi dunia. Perbaikan ekonomi global jangka panjang juga masih tetap menjanjikan,” ujar Kevin.

Potensi kenaikan yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury) masih akan berdampak pada pasar keuangan domestik, terutama Rupiah.

Kendati demikian, Ekonom Mirae Asset Sekuritas Anthony Kevin menilai kondisi global yang positif dapat tertutup oleh sentimen negatif ekonomi domestik yang berpotensi meningkatkan pesimisme pelaku pasar.

Sentimen negatif yang dimaksud ialah kondisi ekonomi menengah ke bawah yang belum membaik, terbukti dari data penyaluran kredit bank yang -2,5% pada Februari, aktivitas di pasar-pasar tradisional juga belum menggeliat.

Kondisi itu menguatkan prediksi bahwa aktivitas ekonomi sepanjang bulan puasa belum akan meningkat tajam seperti harapan pelaku pasar. Padahal, laju aktivitas ekonomi bulan puasa adalah indikator utama yang dijadikan referensi aktivitas ekonomi hingga akhir tahun.

Selain itu, distribusi vaksin per hari hanya berada pada kisaran 40.000 orang. Angka itu dianggap masih sangat rendah dibanding target seluruh penduduk Indonesia yang mencapai 260 juta jiwa.