Emiten retail PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) membukukan rugi bersih sebesar Rp 95,35 miliar pada kuartal I 2021, atau membengkak dari rugi bersih yang dialami entitas Grup Lippo ini pada periode yang sama tahun lalu Rp 93,95 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan Matahari yang dirilis pada Jumat (23/4), pendapatan bersih LPPF senilai Rp 1,16 triliun pada kuartal I 2021, atau menyusut 24,98% dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 1,54 triliun. Pendapatan Matahari Department Store mayoritas masih berasal dari penjualan eceran sebesar Rp 741,4 miliar. Angka tersebut menurun 24,1% dibanding Rp 976,77 miliar.
Pendapatan juga disumbang oleh penjualan konsinyasi sebesar Rp 416,01 miliar atau menyusut 22,29% dari raihan sebelumnya Rp 535,35 miliar. Sementara itu, pendapatan jasa Matahari hanya Rp 4,83 miliar atau anjlok hingga 86,96% dari Rp 37,04 miliar.
Manajemen Matahari mengatakan, pada 2021, Covid-19 masih membawa dampak bagi seluruh sektor di dunia, termasuk bagi perusahaan. Di tengah program vaksinasi yang sedang berjalan, kegiatan masyarakat mulai meningkat meski masih diliputi ketidakpastian.
Meskipun aktivitas masyarakat meningkat, namun berlanjutnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) oleh pemerintah berdampak pada jumlah kunjungan pelanggan. "Jam operasional juga belum kembali seperti pada masa pra-pandemi," kata manajemen Matahari dalam laporan keuangan.
Matahari harus menanggung beban pokok pendapatan Rp 472,82 miliar atau menurun 25,12% dari semula Rp 631,4 miliar. Namun, laba kotor Matahari pada tiga bulan pertama tahun ini hanya tersisa Rp 689,42 miliar atau menyusut 24,88% dari capaian sebelumnya Rp 917,76 miliar.
Dalam perkembangannya Matahari masih harus menanggung beban usaha senilai Rp 754,48 miliar atau menurun 20,36% dari beban sebelumnya Rp 947,38 miliar. Komponen paling besar dalam beban usaha Matahari berasal dari gaji dan kesejahteraan karyawan, meski menyusut 17,92% menjadi Rp 250,56 miliar dari sebelumnya 305,26 miliar.
Kerugian Matahari semakin besar karena harus menanggung beban keuangan dengan nilai bersih Rp 34,79 miliar dari tanggungan sebelumnya Rp 49,72 miliar. Beban ini yang akhirnya menggerus profitabilitas perusahaan.
Dalam tiga bulan pertama tahun ini, Matahari telah mengambil sejumlah langkah sebagai antisipasi atas dampak situasi Covid-19. Seperti mempersiapkan persediaan untuk penjualan momen ramadan dan lebaran secara berhati-hati. Lalu, menggulirkan program pemasaran ramadan dan lebaran lebih awal.
"Memastikan kecukupan likuiditas dengan pinjaman bank sebesar Rp 480 miliar pada akhir Maret 2021 dan mendapatkan tambahan lokasi bazar baru," kata manajemen dalam laporan keuangan.
Rumor Kedatangan Investor Digital
Manajemen Matahari menyampaikan telah menjadi perhatian terdapat rumor pasar yang beredar mengenai investasi ke Matahari Department Store oleh beberapa investor atau pemain digital. Manajemen Matahari dengan ini menegaskan tidak mengetahui dan tidak dalam diskusi dengan investor atau pemain digital terkait.
"Manajemen juga telah membahas hal ini dengan pemegang saham kami, dan mereka juga telah mengkonfirmasi bahwa tidak ada diskusi atas hal tersebut," kata manajemen dalam keterbukaan informasi.
Manajemen menekankan perlunya berhati-hati saat bertransaksi saham dan berharap dapat memberikan informasi terbaru bisnis yang lebih lengkap sebagai bagian dari pengumuman pendapatan pada kuartal I 2021.