Di tengah kinerja industri rokok yang terpukul akibat pandemi Covid-19, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) tetap membagikan dividen mencapai Rp 8,46 triliun kepada pemegang saham untuk tahun buku 2020.
Keputusan tersebut diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar, Kamis (27/5).
Menurut rilis yang diterima Katadata.co.id, dividen yang dibagikan Sampoerna senilai Rp 72,8 per saham atas laba bersih 2020. Berdasarkan data registrasi pemegang efek, jumlah saham Sampoerna sebanyak 116.318.076.000. Artinya, dividen yang dibagikan mencapai Rp 8,46 triliun.
Porsi dividen nyaris 100% dari total laba bersih perusahaan. Pada tahun lalu, Sampoerna membukukan laba bersih senilai Rp 8,58 triliun atau merosot hingga 37,5% dari 2019 yang senilai Rp 13,72 triliun.
Presiden Direktur Sampoerna Mindaugas Trumpaitis mengatakan, pandemi Covid-19 berdampak besar terhadap perekonomian. Langkah penanggulangan pandemi dan pembatasan sosial menciptakan lingkungan pasar yang menantang dan mempengaruhi permintaan domestik.
Lebih lanjut, pada 2020 terdapat kenaikan tarif cukai hasil tembakau secara rata-rata tertimbang sebesar 24% dan kenaikan harga jual eceran (HJE) sebesar 46%.
Kedua faktor tersebut berdampak pada penurunan volume industri hasil tembakau nasional sebesar 9,7% pada tahun 2020, sekaligus juga berdampak pada kinerja perusahaan milik Philip Morris tersebut.
“Kondisi ekonomi yang menantang berakibat pada penurunan volume penjualan Perseroan yang signifikan, mencapai 19,3% pada 2020," kata Mindaugas dalam rilis, Kamis (27/5).
Pandemi Covid-19 memperburuk isu daya beli masyarakat yang bahkan sudah ada sejak sebelum pandemi. Terutama pembatasan sosial di wilayah perkotaan di mana pangsa pasar Sampoerna besar. Hal ini mengakibatkan dampak yang signifikan terhadap portofolio perusahaan.
"Namun begitu, kami tetap mempertahankan kepemimpinan pasar dengan pangsa pasar sebesar 28,8% di 2020,” kata Mindaugas.
Pada 2020, kinerja Sampoerna disokong oleh portofolio sigaret kretek tangan (SKT) yang bertumbuh sebesar 7,2% pada 2020. Hal ini termasuk Dji Sam Soe, Sampoerna Kretek, dan Sampoerna 234 yang diluncurkan pada Maret 2020.
"Hal ini memperkukuh posisi kepemimpinan pasar Sampoerna di segmen SKT dengan pangsa pasar sebesar 37,7% pada 2020," katanya.
Sementara untuk segmen sigaret kretek mesin (SKM) dan sigaret putih mesin (SPM), sejalan dengan data dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, peningkatan tarif cukai yang signifikan dan dampak ekonomi dari pandemi telah mengakselerasi peralihan pembelian ke produk yang memiliki pajak cukai lebih rendah (downtrading).
Hal tersebut mempengaruhi produk segmen menengah/bawah Sampoerna seperti Dji Sam Soe Magnum Mild, Marlboro Filter Black, dan Sampoerna U.
Di sisi lain, merek premium Sampoerna, Sampoerna A, mencatat pertumbuhan pangsa pasar menjadi 11,8% pada 2020. Begitu juga untuk merek premium sigaret kretek mesin dengan tar tinggi Dji Sam Soe Magnum Filter yang juga mengalami peningkatan pangsa pasar menjadi 1,9% pada 2020.