Pada perdagangan perdananya di pasar modal, harga saham PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) meroket 24,71% menjadi Rp 1.060 per saham. Akibat kenaikan tersebut, nilai kapitalisasi pasar (market cap) Bukalapak langsung tembus Rp 109 triliun.
Berdasarkan data RTI Infokom, total saham Bukalapak tercatat 103,06 miliar unit saham, sementara harga saham saat penawaran Rp 850 per saham. Dengan demikian, kapitalisasi pasar pada awal melantai di bursa Rp 87,6 triliun.
Dengan capaian tersebut, Bukalapak nyaris masuk dalam jajaran emiten berkapitalisasi pasar besar. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia dan Stockbit yang diolah Katadata.co.id, Kapitalisasi pasar Bukalapak berada pada peringkat ke-13.
Emiten dengan nilai kapitalisasi pasar tertinggi adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai Rp 752 triliun. Lalu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) senilai Rp 480 triliun. Kapitalisasi pasar PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) senilai Rp 329 triliun.
Berikut ini, daftar 15 emiten dengan nilai kapitalisasi pasar paling besar di Bursa Efek Indonesia:
No | Emiten | Nilai kapitalisasi pasar |
1 | BBCA | Rp 752 triliun |
2 | BBRI | Rp 480 triliun |
3 | TLKM | Rp 329 triliun |
4 | BMRI | Rp 276 triliun |
5 | ARTO | Rp 230 triliun |
6 | ASII | Rp 200 triliun |
7 | UNVR | Rp 169 triliun |
8 | TPIA | Rp 167 triliun |
9 | EMTK | Rp 159 triliun |
10 | DCII | Rp 141 triliun |
11 | HMSP | Rp 125 triliun |
12 | BRIS | Rp 110 triliun |
13 | BUKA | Rp 109 Triliun |
14 | BRPT | Rp 105 triliun |
15 | CPIN | Rp 101 triliun |
Sumber: Statistik Bursa & Stockbit |
Meski belum mampu tembus dalam 10 besar emiten berkapitalisasi pasar terbesar di bursa, Bukalapak memiliki potensi untuk menembusnya. Pasalnya beberapa analis pasar saham menilai ada potensi kenaikan harga saham lebih lanjut.
Senior Vice President PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial menilai, investor menghargai potensi pasar e-commerce Indonesia yang sangat besar, salah satunya Bukalapak. Pasalnya, Bukalapak merupakan saham perdana berbasis teknologi dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar sepanjang sejarah, yakni mencapai Rp 86,7 triliun.
Bukalapak memang masih membukukan laba sebelum pajak (EBITDA) yang negatif. Namun, kerugian perusahaan diproyeksi akan menyusut dalam empat tahun terakhir. Terlebih, Bukalapak didukung oleh ekosistem yang inklusif.