Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru saja menerbitkan dua aturan perbankan, dan satu aturan lembaga jasa keuangan pada Kamis (19/8) hari ini. Salah satunya menyantumkan definisi dan ketentuan soal bank digital.
Ketiga aturan itu antara lain, POJK No. 12/POJK.03/2021 tentang Bank Umum, dan POJK No. 13/POJK.03/2021 tentang Penyelenggaraan Produk Bank Umum. Selain itu, POJK No. 14/POJK.03/2021 tentang Perubahan POJK No. 34/POJK.03/2018 tentang Penilaian Kembali Pihak Utama Lembaga Jasa Keuangan.
Dalam salah satu aturannya, OJK mempertegas pengertian Bank Digital adalah bank yang telah melakukan digitalisasi produk dan layanan (incumbent), ataupun melalui pendirian bank baru yang langsung berstatus bank digital menyeluruh atau full digital banking.
Otoritas perbankan juga meningkatkan syarat modal inti bagi pendirian bank baru dari semula hanya Rp 3 triliun menjadi Rp 10 triliun, baik dengan model bisnis bank tradisional, ataupun pendirian bank digital baru (full digital banking).
Lalu, bagaimana pergerakan saham bank-bank yang berpotensi menjadi bank digital?
Sebelumnya, ada tujuh bank yang sedang dalam proses menjadi bank digital dan lima bank yang menobatkan diri sebagai bank digital. Padahal, saat itu otoritas belum memiliki aturan yang mensahkan bank digital sebagai salah satu jenis lembaga bank.
Ketujuh bank digital yang tengah menyampaikan izin untuk menjadi bank digital antara lain, PT Bank BCA Digital, PT BRI Agroniaga Tbk, PT Bank Neo Commerce Tbk, PT Bank Capital Tbk, PT Bank Harda Internasional Tbk, PT Bank QNB Indonesia Tbk, dan PT KEB Hana Bank.
Sementara itu, lima bank yang mengaku sudah menjadi bank digital adalah PT Bank BTPN Tbk melalui aplikasi Jenius, PT Bank KB Bukopin Tbk lewat aplikasi Wokee, PT Bank DBS Indonesia melalui Digibank, PT Bank UOB Indonesia melalui TMRW, dan PT Bank Jago Tbk melalui aplikasi Jago.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham seluruh bank digital tersebut kompak terkoreksi pada penutupan perdagangan saham, Kamis (19/8) hari ini.
Saham Bank KB Bukopin (BBKP) merosot paling dalam yakni 6,84% atau 40 poin ke level Rp 545. Dalam sepekan, harga saham perusahaan milik Kookmin Bank itu turun 6,03%. Selanjutnya, saham Bank QNB Indonesia (BKSW) juga turun 6,61% atau 16 poin ke level Rp 226. Dalam sepekan, harga saham anjlok hingga 25,17%.
Sama dengan dua bank digital sebelumnya, saham Bank Neo Commerce (BBYB) juga melorot 6,67% atau 95 poin ke level Rp 1.330, dan menyusut 9,22% dalam sepekan. Harga saham BRI Agroniaga (AGRO) terkoreksi 5,66% atau 120 poin ke level Rp 2000. Dalam sepekan, harga saham telah merosot 11,89%.
Saham Bank Jago (ARTO) milik Jerry Ng turun 4,76% atau 800 poin ke level Rp 16.000. Sementara itu, Saham Bank Harda Internasional yang kini berganti nama menjadi Allo Bank Indonesia (BBHI) turun 4,57% atau 100 poin ke level Rp 2.090. Dalam sepekan, harganya telah terkoreksi hingga 18,36%.
Dua bank lain yang tercatat di papan bursa yakni, Bank Capital (BACA) dan Saham Bank BTPN (BTPN) juga mengalami penurunan harga saham masing-masing 1,8% dan 1,05%. ke level Rp 436 dan Rp 2.820. Dalam sepekan, saham BACA anjlok 16,15%, sedangkan saham BTPN meningkat 1,44%.