Jelang Pengumuman Inflasi, IHSG Diproyeksi Melemah

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/wsj.
Pekerja memfoto layar pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (31/3/2021). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi melemah pada Rabu (1/9) menjelang pengumuman inflasi
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Maesaroh
1/9/2021, 06.26 WIB

Indeks harga saham gabungan (IHSG) diproyeksi bergerak melemah pada perdagangan pertama bulan ini, Rabu (1/9). Pada perdagangan kemarin, indeks komposit ditutup naik tipis 0,08% ke level 6.150.

Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan mengatakan, IHSG berpeluang melemah dengan area support di level 6.125 dan 6.100. Sementara area resistance ada di level 6.182 dan 6.166.
Dennies mengatakan, investor masih akan mencermati perkembangan terkait kebijakan tapering di Amerika Serikat serta kasus covid-19.

"Investor juga mencermati PPKM yang resmi diperpanjang meskipun terlihat jumlah kasus harian sudah turun cukup signifikan," kata Dennies.

Ia merekomendasikan saham Japfa Comfeed Indonesia dan Wijaya Karya (WIKA) untuk jual. "Indikator teknikal menunjukkan sinyal jual dengan sentimen netral/negatif," kata Dennies.

 CEO Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan, kenaikan IHSG terlihat masih cukup terbatas dengan potensi penurunan terlihat lebih besar. Menurut analisisnya, area pergerakan indeks hari ini diperkirakan ada di level 5.969 dan 6.202.

Memasuki awal bulan ke sembilan, terdapat rilis data perekonomian awal bulan yaitu inflasi yang diperkirakan masih dalam kondisi terkendali. Namun pergerakan IHSG hingga saat ini masih sangat dipengaruhi oleh sisi perlambatan perekonomian sehingga potensi penurunan terlihat lebih besar.

"Sehingga momentum fluktuatif masih dapat dimanfaatkan oleh para investor untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target jangka pendek," katanya.

Ada beberapa saham yang masuk dalam menu layak dipantau oleh pelaku pasar saham hari ini. Seperti Jasa Marga (JSMR), Gudang Garam (GGRM), Semen Indonesia (SMGR), dan AKR Corporindo (AKRA).

Bank Indonesia memperkirakan Indeks harga konsumen (IHK) diperkirakan masih akan mencatatkan inflasi sebesar 0,01% secara bulanan atau month on month pada Agustus, lebih rendah dibandingkan bulan Juli 0,08%. Inflasi yang lebih rendah didorong oleh menurunnya harga pangan, seperti cabai.
Secara tahunan, inflasi diperkirakan akan mencapai 1,57% di Agustus.

Menurut Bank Indonesia, inflasi akan dipicu oleh sejumlah komoditas seperti minyak goreng, tomat, telur ayam ras dan rokok kretek filter.

 Ekonom bank Permata Joshua Pardede memperkirakan, perlambatan inflasi secara bulanan dipengaruhi oleh adanya deflasi pada komponen barang bergejolak sebesar 0,53%. Namun komponen ini diperkirakan masih akan mencatatkan inflasi tahunan 3,91%. Menurut dia, deflasi pada komponen barang harga bergejolak terutama terjadi pada sebagian besar harga komoditas pangan.

"Penurunan harga komoditas berkaitan dengan panen raya produk-produk tersebut di bulan Agustus," kata Joshua kepada Katadata.co.id, Selasa (31/8).

Badan Pusat Statistik melaporkan inflasi bulan Juli 0,08% secara mtm dan 1,52% secara yoy. Kenaikan IHK paling tinggi terjadi pada kelompok kesehatan dengan inflasi bulanan 0,24, namun andilnya hanya 0,01% terhadap inflasi bulanan Juli 2021.

Reporter: Ihya Ulum Aldin