Strategi Investasi Schroders Meracik Reksa Dana dari Saham Teknologi

123RF.com/Thananit Suntiviriyanon
Ilustrasi investasi.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
2/9/2021, 21.21 WIB

Saham perusahaan yang terkait dengan teknologi alias saham-saham teknologi mendapat perhatian khusus sejak awal tahun ini. Manajemen investasi PT Schroder Investment Management Indonesia mengakui saham-saham tersebut memiliki peluang berkembang sekaligus potensi investasi di kemudian hari. 

"Tentu kita tahu, (perusahaan teknologi) punya potensi untuk bertumbuh di kemudian hari," kata Presiden Direktur Schroders Michael Tjoajadi dalam sesi konferensi pers secara virtual, Kamis (2/9).

Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka sejumlah produk reksa dana Schroders sudah memasukkan saham teknologi dalam portofolionya. Salah satu produk yang memiliki porsi saham teknologi terbesar yaitu Schroder 90 Plus Equity Fund.

"Strateginya, kami coba memperbesar investasi di new economy (perusahaan baru) tersebut, termasuk teknologi, marketplace, dan digital bank. Strateginya kami ubah, kami masukkan unsur itu ke dalam 90 Plus Equity Fund," kata Michael.

Berdasarkan lembar factsheet per 30 Juli 2021 atau informasi ringkas reksa dana 90 Plus Equity Fund, saham terkait perusahaan teknologi yaitu PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi salah satu perusahaan dengan bobot portofolio yang besar.

Dana kelolaan pada produk investasi ini mencapai Rp 1,44 triliun dengan harga unit saat ini Rp 1.840 per unit. Sayangnya, sejak awal tahun 2021, kinerja reksa dana ini mengalami penurunan 3,34%, berbanding terbalik dengan performa indeks harga saham gabungan (IHSG) yang naik 1,52% per Juli 2021.

Kendati demikian, Michael mengatakan saat ini belum berencana mengeluarkan produk reksa dana yang khusus berisi saham-saham perusahaan teknologi.

"Kami tidak serta-merta launching fund baru khusus di teknologi karena pasar kita tidak terlalu besar untuk saham-saham (teknologi) tersebut," kata Michael.

Ia menjelaskan, memang banyak saham-saham yang bergerak di sektor teknologi saat ini di Bursa Efek Indonesia. Namun Schroders menilai tidak cukup besar untuk bisa diverifikasikan dalam portofolio reksa dana khusus perusahaan teknologi.

Reporter: Ihya Ulum Aldin