BRI Perusahaan Publik Terbesar di Indonesia 8 Tahun Berturut-turut

BRI
Ilustrasi Gedung BRI
Penulis: Padjar Iswara - Tim Riset dan Publikasi
24/5/2022, 10.45 WIB

Konsistensi BRI dalam menghadirkan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan semakin diakui di mata internasional.

BRI pun dinobatkan sebagai perusahaan publik terbesar di Indonesia dalam pemeringkatan Forbes 2022 Global 2000 World’s Largest Companies selama delapan tahun berturut-turut.

Ada 7 perusahaan publik di Indonesia yang masuk dalam daftar Forbes 2022 Global 2000 dan 4 di antaranya BUMN. Dengan pencapaian ini, BRI menempati peringkat tertinggi di Indonesia selama delapan  tahun berturut-turut.

Untuk mendapat apresiasi dari Forbes tersebut, terdapat  empat  aspek yang dinilai yakni sales, profit, assets, dan tentunya market value. Mengutip data Forbes, tercatat volume sales BRI mencapai US$12,77 miliar. Adapun profit mencapai US$2,17 miliar, assets senilai US$117,74 miliar dan market value sebesar US$50,14 miliar.

Pengamat ekonomi perbankan Bina Nusantara Universitas (Binus) Doddy Ariefianto menilai capaian BRI tersebut tidak lepas dari kinerja perseroan yang mampu terus tumbuh positif selama lebih dari 100 tahun.

Tidak hanya itu, kata dia, BRI juga turut mampu menumbuhkan sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sehingga memiliki social and economic values yang tinggi di dalam negeri.

Dengan menempati peringkat 1 di Indonesia dan 349 secara global merupakan indikasi kuat BRI mampu terus memperkuat fundamental bisnisnya.

Menurut dia, Forbes wajar saja memberikan penilaian itu karena BRI itu bank. Pertama, track record-nya sudah lama bahkan lebih dari 100 tahun dengan kinerja positif yang berkelanjutan. Kedua, BRI satu-satunya bank di Indonesia yang cabangnya, atau network-nya paling ekstensif.

“Yang lain tidak ada yang bisa mengalahkan BRI. BRI punya kantor sampai plosok negeri, ada BRI Unit,” katanya.

Strategi go smaller, go shorter, go faster dengan mengoptimalisasi sektor ultra mikro yang diterapkan perseroan juga dianggap jitu untuk mendongkrak kinerja bisnis.

Bahkan, Doddy mengatakan strategi tersebut juga sejalan untuk mendukung target 90 persen inklusi keuangan pada 2024 yang diusung Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Terlebih, BRI saat ini telah terkonsolidasi dengan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan PT Pegadaian dalam Holding Ultra Mikro. Menurut Doddy, aksi korporasi yang ditempuh BRI dengan memimpin Holding Ultra Mikro efektif untuk menciptakan pertumbuhan bisnis baru, terutama di sektor ultra mikro.

Dengan bergabungnya Pegadaian dan PNM ke dalam BRI Group jadi spektrum produknya lebih banyak. “Jadi kalau berhubungan dengan UMKM itu kita bicara macam-macam aspek,” kata Dpddy. ”Ada yang membutuhkan kredit, atau baru empowering belum ke tahap pembiayaan, atau mungkin tidak bisa kredit jadi lewat Pegadaian.”

Lebih lanjut, Doddy menjelaskan, apresiasi Forbes sekaligus menandai pembuktian BRI dalam menjawab tantangan disrupsi di era digital. Doddy menilai strategi BRI yang menerapkan ‘phygital’ di mana layanan fisik dan digital dikolaborasikan sudah sangat tepat.

“BRI memanfaatkan momentum. Layanan digitalnya lengkap, ada juga layanan dari officer-nya lewat mantri atau bahkan laku pandai,” katanya.

Bagaimana pun, menurut dia, di Indonesia masih memerlukan sentuhan manusia atau belum bisa sepenuhnya secara digital. “Benar pakai istilah ‘phygital’. BRI sudah pada posisi bagus. Terkait teknologi tidak perlu terdepan. Karena harus diperhitungkan plus minusnya. Terlalu canggih juga belum tentu cocok untuk Indonesia,” ujar Doddy.

Komitmen Jaga Pertumbuhan
Direktur Utama BRI Sunarso menyebut BRI akan tetap fokus pada sektor UMKM sebagai backbone utama bisnis perseroan. Komitmen tersebut tecermin dari komposisi penyaluran kredit UMKM di BRI yang telah mencapai 83,95 persen dari total portofolio kredit

Maka dari itu, kata dia, perseroan akan terus memperkuat digitalisasi. Pasalnya, ketika fokus di UMKM terutama di ultra mikro akan menyentuh lebih banyak nasabah.

“Maka tantangannya dua, operational cost dan operational risk yang tinggi. Maka jawabannya untuk mereduksi operational cost dan operational risk itu adalah dengan digitalisasi,” ujar Sunarso menjelaskan.

BRI pun terus melakukan transformasi digital dengan memiliki layanan digital yang mumpuni seperti mobile banking BRImo, aplikasi pengajuan fasilitas dan layanan kredit BRISPOT, AgenBRILink, hingga aplikasi BRIAPI yang memungkinkan terintegrasi dengan aplikasi pihak ketiga.

Untuk mengimbangi layanan digital, BRI pun akan mengedukasi masyarakat atau nasabah untuk lebih melek layanan perbankan digital. Caranya melalui penyuluh digital yang akan mengajari masyarakat sehingga lebih digital savvy yang mengemban tiga tugas utama.

Pertama, memberikan edukasi untuk rekening secara digital. Kedua, mengajari masyarakat untuk melakukan transaksi secara digital. Ketiga, mensosialisasikan dan mengajari masyarakat untuk mengamankan rekeningnya dari kejahatan digital.

Strategi tersebut cukup berhasil menjaga pertumbuhan bisnis BRI, di tengah kondisi ekonomi yang terus bangkit dan beranjak pulih dari pandemi, dalam tiga bulan pertama 2022, BRI berhasil mencatatkan laba Rp12,22 triliun atau tumbuh 78,13 persen secara year on year (YoY).

Sementara untuk aset, pada akhir Maret 2022 tercatat aset BRI Group tumbuh sebesar 8,99 persen YoY menjadi Rp1.650,28 triliun.