Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada penutupan perdagangan sesi pertama hari ini, Rabu (29/6) kembali ditutup melemah. IHSG ditutup turun 0,25% atau 17,76 poin ke level 6.978. Pada pagi hari, indeks dibuka melemah di level 6.973, namun sempat menyentuh angka tertingginya di level 7.016.
Sepanjang perdagangan sesi pertama, mayoritas indeks sektoral berada di zona merah, yang dipimpin oleh sektor transportasi yang terkoreksi sebesar 2,65%. Adapun, saham sektor transportasi yang mengalami penurunan cukup dalam yakni PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) yang turun 6,88% atau 220 poin menjadi Rp 2.980 per saham, PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) turun 4,19% atau 80 poin menjadi Rp 1.830 per saham, dan PT Transkon Jaya Tbk (TRJA) turun 3,60% atau 8 poin menjadi Rp 214 per saham.
Sektor lain yang juga terkoreksi yakni, sektor industri turun 0,85%, sektor industri dasar turun 0,68%, sektor infrastruktur turun 0,62%, sektor keuangan turun 0,30%, sektor properti turun 0,21%, sektor konsumer non primer turun sebesar 0,09% dan sektor konsumer primer turun 0,08%.
Sementara, tiga sektor lainnya berada di zona hijau yakni, sektor teknologi naik 0,77%, sektor energi naik 0,27%, dan sektor kesehatan naik 0,17%.
Saham yang menempati urutan teratas dalam top gainers adalah PT Puri Global Sukses Tbk (PURI) yang menguat 58 poin atau 14,65% menjadi Rp 454 per sahamnya. Sementara yang menempati top losers yaitu PT Sumber Mas Konstruksi Tbk (SMKM) dengan koreksi sebesar 6,98% atau 16 poin menjadi Rp 202 per saham.
Di samping itu, mayoritas bursa-bursa di kawasan Asia juga mengalami koreksi seiring dengan turunnya iHSG siang ini. Hingga pukul 12.35 WIB, Nikkei 225 turun 0,96%, Hang Seng Index turun sebesar 1,86%, dan Shanghai Composite Index turun 1,00%. Sedangkan, Strait Times Index tercatat naik 0,32%.
IHSG hari ini berpotensi melemah dan bergerak di rentang 6.921 sampai dengan 7.074. CEO PT Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan, pola pergerakan IHSG masih memiliki kecenderungan bergerak sideways dengan potensi tekanan yang masih akan membayangi. Hal ini diakibatkan oleh tekanan yang terdapat pada harga komoditas.
"Itu turut menjadi sentimen yang kurang baik terhadap pergerakan saham-saham yang berkaitan dengan harga komoditas," kata William dalam risetnya, dikutip Rabu (29/6).