Bisnis Blibli Berawal dari Gudang, Martin Hartono Ungkap Alasan IPO

Tangkapan Layar YouTube Blibli.com
Komisaris Utama Blibli Martin Basuki Hartono
Penulis: Syahrizal Sidik
18/10/2022, 16.31 WIB

Siapa menyangka, salah satu perusahaan e-commerce terbesar di Indonesia, Blibli, atau PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) pada awal bisnisnya dirintis bermula dari sebuah gudang.

Hal ini dijelaskan Komisaris Utama Blibli, Martin Basuki Hartono saat memberikan pernyataan penutup (closing remark) pada paparan publik IPO Blibli.

"Saya sendiri sudah mengawal project Blibli dari awal. Saya ingat sekali, kita itu mulai di gudang bekas promosi gitu, cuma ada 1 meja team-nya. Saya sangat bangga dengan apa yang sudah kita capai sekarang," kata Martin Hartono, Selasa (18/10).

Martin melanjutkan, pertimbangannya melakukan penawaran umum perdana saham tidak lain adalah menjadikan Blibli perusahaan terbuka untuk meningkatkan transparansi dan meningkatkan operational excellence perusahaan.

"Tentunya ini adalah tonggak sejarah bagi kita semua dan kita harap bisa membawa dampak positif bagi karyawan, mitra bisnis, penjual dan pelanggan kita juga," imbuhnya.

Pada kesempatan itu, Martin yang mewakili pemegang saham memastikan akan terus mendukung Blibli dan percaya bisnis perusahaan ke depan akan terus berkembang. "Dengan rendah hati dan rasa bangga, saya mengajak hadirin turut serta dalam IPO Blibli," kata Martin menambahkan.

Sebagaimana diketahui, Blibli dengan kode ticker BELI ini berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 17.771.205.900 saham atau setara 15% saham dengan harga penawaran awal Rp 410 sampai dengan Rp 460 per sahamnya. Dengan demikian, dari aksi korporasi ini, perusahaan berpotensi meraup dana senilai Rp 8,17 triliun.

Aksi korporasi ini berpotensi menjadi penghimpunan dana terbesar kelima di pasar modal Tanah Air setelah PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) Rp 21,90 triliun, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) Rp 18,79 triliun, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) Rp 13,73 triliun, dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Rp 12,25 triliun.

Rencananya, Blibli akan menggunakan dana Rp 5,50 triliun yang akan digunakan untuk pembayaran seluruh saldo fasilitas utang perbankan. "Sisanya akan digunakan oleh perseroan dan entitas anak sebagai modal kerja untuk mendukung kegiatan usaha dan pengembangan usaha perseroan," ungkap manajemen Blibli, dalam prospektusnya.

Blibli merupakan situs e-commerce yang berdiri pada 2011. Kemudian, sejak tahun 2017 perusahaan mengakuisisi Tiket.com, perusahaan online travel agent (OTA). Ekspansi Blibli juga berlanjut dengan mengakuisisi 70,56% saham PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC).

Saat ini, kepemilikan saham Blibli dimiliki PT Global Investama Andala dengan kepemilikan 98,46%. Setelah IPO, porsi kepemilikan Global Investama terdilusi menjadi 83,69%. Pemegang saham publik 14,95% dan sisanya pemegang saham individu dengan kepemilikan di bawah 1%.