Suku Bunga The Fed Kian Tinggi, Bagaimana Prospek Saham Bank RI?

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.
Ilustrasi. Saham perbankan Tanah Air diprediksi masih tetap menarik di tengah tren kenaikan suku bunga The Fed, AS.
Penulis: Zahwa Madjid
2/2/2023, 10.36 WIB

Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve atau The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan. Dalam Rapat Komite Pasar Terbuka atau FOMC pada 1 Februari atau Kamis (2/2) dini hari, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, 4,5-4,75%.

Level tersebut setidaknya menjadi yang tertinggi dalam 15 tahun terakhir. The Fed mulai memperlambat laju kenaikan suku bunga setelah mengerek 60 basis poin Desember lalu dan 75 basis poin pada empat pertemuan sebelumnya.

Suku bunga The Fed adalah tolok ukur utama untuk suku bunga lain dalam perekonomian. Dikenal juga sebagai suku bunga dana federal dan turut menjadi tolok ukur bagi suku bunga hipotek, pinjaman mobil, dan suku bunga kartu kredit. Pasalnya suku bunga The Fed menjadi acuan bagi perbankan untuk dapat meminjamkan atau meminjam uang dari Fed.

Dengan suku bunga The Fed yang kian tinggi, bagaimana prospek saham perbankan di Tanah Air?

Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto berpendapat, kenaikan suku bunga The Fed tidak serta merta selalu diikuti dengan naiknya suku bunga acuan di negara-negara lain. Karena, faktor penyebabnya di setiap negara berbeda.

“Tidak setiap The Fed menaikkan suku bunga, bank sentral di negara lain akan menaikan suku bunga tetapi tergantung kondisi perekonomian negara itu,” ujar Ryan pada Katadata.co.id Rabu (1/2).

Adapun, Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan mencapai 2,25% sejak tahun lalu menjadi 5,75%. Gubernur BI Perry Warjiyo juga sebelumya mempertegas sinyal tidak akan menaikkan suku bunga lagi jika tidak ada situasi yang luar biasa.

"Kemarin saya sudah sinyal, suku bunga Bank Indonesia 5,75% setelah kenaikan 225 bps sudah memadai, kurang jelas apa itu? Tidak ada bank sentral lain yang arah kebijakan bunganya sejelas itu," kata Perry dalam seminar, Rabu (25/1).

Dengan demikian, menurut Ryan, saham perbankan akan masih sangat menarik untuk dilihat para pelaku pasar modal. Apalagi, sejumlah bank besar berhasil mencetak rekor laba bersih baru seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang naik 57,9%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) naik 59,8% dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang naik 78,8% pada sebelas bulan 2022 secara tahunan.

“Net profit atau kinerja fundamental bank-bank Tanah Air bagus banget. Jadi kesimpulannya kondisi ekonomi yang terjaga dengan baik itu juga tercermin dari kinerja perbankan nasional yang dapat terjaga dengan baik,” lanjut Ekonom Ryan Kiryanto.

Melansir data RTI, dalam sepekan terakhir sektor saham perbankan masih menjadi penggerak terbesar bursa Tanah Air dan aktif diborong pelaku pasar. Misalnya, nilai transaksi PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dalam sepekan terakhir mencapai Rp 4,3 triliun. Diikuti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) nilai transaksi Rp 3,5 triliun.

Kemudian, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BBMRI) dengan nilai transaksi Rp 3 triliun, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dengan nilai transaksi Rp 1,5 triliun.

Sementara itu, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, Rifqi Satria Dinandra, dalam risetnya mengungkapkan, kinerja keuangan bank-bank berkapitalisasi pasar besar sepanjang 2022 turut menjadi katalis penggerak IHSG.

Indo Premier merekomendasikan target harga saham BBCA akan mencapai kisaran 8.500 - 9.000, BBNI support: 9.325- 9.950, BMRI di level 9.700 sampai dengan 10.550.

Reporter: Zahwa Madjid