Bidik 57 Emiten, Dirut BEI Dorong IPO BUMN dan Perusahaan Teknologi

Dokumentasi BEI
Direktur Utama BEI Iman Rachman
Penulis: Syahrizal Sidik
20/2/2023, 17.52 WIB

Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan pada tahun ini bakal kedatangan sebanyak 57 perusahaan baru yang mencatatkan saham perdana atau initial public offering/IPO.

Direktur Utama BEI Iman Rachman meyakini, target tersebut dapat tercapai seiring dengan kondisi bursa saham domestik yang tetap tumbuh dan masih banyaknya jumlah perusahaan yang berada dalam pipeline IPO.

Iman mengungkapkan, secara tren, IPO di Indonesia terus mencatatkan jumlah tertinggi dalam lima tahun terakhir dengan pertumbuhan 40%. “Sejak 2018, rata-rata emiten kita setahun itu di atas 50,” ungkap Iman, dalam wawancara khusus dengan Katadata.co.id, Kamis (16/2) di Gedung BEI, Jakarta.

Iman mengaku sudah menyiapkan berbagai strategi guna mencapai target 57 pencatatan IPO saham baru. Pertama, melakukan sosialisasi atau melakukan pendampingan secara langsung kepada perusahaan terkait. Seiring dengan perkembangan teknologi, BEI juga terus menjaring potensi emiten di luar daerah dengan melakukan pendampingan jarak jauh kepada perusahaan.

"Perusahaan-perusahaan daerah kami coba lakukan sosialisasi. Pertama kami lakukan konsultasi, bahkan papan pencatatannya pun kami siapkan," kata Iman. 

BEI saat ini memiliki empat papan perdagangan, yakni papan utama, papan pengembangan, dan papan akselerasi. Terbaru, papan ekonomi baru (new economy) yang baru diluncurkan pada Desember 2022 untuk mengakomodasi perusahaan teknologi.

Khusus di papan teknologi, BEI juga terus mendorong kian banyaknya perusahaan yang melantai di papan ekonomi baru. Saat ini, baru terdapat tiga perusahaan yang tercatat di papan ekonomi baru: PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), dan PT Global Digital Niaga Tbk (BELI).

“Jadi kita akan menargetkan makin banyak lagi perusahaan-perusahaan yang di kelas papan utama tapi new economy,” ujar Iman.

Tidak hanya membidik perusahaan teknologi, BEI juga menargetkan perusahaan dan anak perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk melakukan pencatatan saham di bursa.

Iman menyebut, hingga kini sekitar 34 perusahaan BUMN dan anak usahanya sudah tercatat di BEI. "Dan terus terang sebagian dari perusahaan ini merupakan kontributor terhadap IHSG kita. Kita harapkan ke depannya juga makin banyak," ucap dia.

Menurutnya, saat ini BUMN yang sedang dalam proses pencatatan saham di bursa adalah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO). Anak perusahaan Pertamina ini dijadwalkan akan melantai di bursa paling lambat akhir bulan Februari.

 

Kaji Potensi IPO Perusahaan Asing

Di sisi lain, otoritas bursa juga sedang mengkaji potensi badan usaha asing non Perseroan Terbatas (PT), yang menjalankan bisnisnya di Indonesia dapat diakomodasi untuk melantai di bursa saham.

Mantan Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Bisnis PT Pertamina ini menyebut, ada potensi yang besar perusahaan asing berdomisili di luar negeri.

"Tentu saja Bursa maupun OJK melihat opportunity-nya. Namun tentu saja tinggal di domisili yang berbeda banyak yang perlu kita adjust. Artinya, bicara simpel misalnya audit dan sebagainya. Jadi, memang kita sedang mengkaji dan tentu saja ini kita akan lakukan,” tutur Iman.

Dalam praktik di beberapa bursa global, IPO seperti ini sudah jamak dengan skema menerapkan perusahaan cangkang atau Special Purpose Acquisition Company (SPAC).  

Secara terpisah, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan salah satu yang sedang dalam proses kajian yaitu mengenai penerapan SPAC, perusahaan cangkang yang didirikan secara khusus yang memungkinkan perusahaan lain dapat menggalang dana melalui IPO di pasar modal luar negeri.

"Kalau akuisisinya tidak terlaksana setelah IPO, dana tersebut harus dikembalikan ke pemilik modal," kata Inarno saat konferensi pers, Senin (6/2).

Praktik SPAC sudah umum dilaksanakan di beberapa bursa utama dunia, salah satunya di Amerika Serikat yakni, transaksi IPO SPAC Social Capital Hedosophia (IPOA) pada 2017.

IPOA merger dengan perusahaan tertutup yang menjadi targetnya pada 2019, yaitu Virgin Galactic. Sekarang, Virgin Galactic telah menjadi perusahaan tercatat di New York Stock Exchange (NYSE) dengan kode saham SPCE.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail