PT Pelayaran Kurnia Lautan Semesta Tbk atau KLAS mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (12/6).  

Berdasarkan data perdagangan sampai dengan pukul 09.30 WIB, harga saham Pelayaran Kurnia Lautan Semesta berhasil melesat 34,9% atau menyentuh auto rejection atas (ARA) ke level Rp 197 dari level harga penawaran umum yakni Rp 146. 

Volume saham yang diperdagangkan tercatat 81,1 juta dengan nilai transaksinya Rp 15,9 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 7.659 kali. 

Dalam penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) saham ini, KLAS melepas sebanyak 540 juta saham baru atau mewakili 24,9% dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh. Sehingga perseroan akan mengantongi dana sebesar Rp 78,8 miliar.

Direktur Utama PT Pelayaran Kurnia Lautan Semesta Tbk Kurnyatjan Sakti Efendie mengatakan bahwa melalui dana hasil IPO, perseroan akan memperkuat kinerja ke depan. Dengan sekitar 70,74% dana digunakan untuk pembelian empat set kapal tunda (tugboat) dan tongkang (barge).

“Pertimbangan perseroan memakai dana hasil penawaran umum untuk pembelian armada kapal dan tongkang dikarenakan dengan armada kapal yang ada saat ini, tidak mampu memenuhi permintaan pasar yang ada,” kata Kurnyatjan.

Selanjutnya sekitar 14,65% dana yang diperoleh akan digunakan oleh perseroan untuk penyetoran modal kepada perusahaan anak, yaitu KCL yang bergerak di bidang penggalian kuarsa atau pasir kuarsa. 

Pertimbangan perseroan untuk melakukan penambahan penyertaan modal di KCL adalah guna mendukung KCL dalam menjalankan kegiatan usahanya. Sekitar 2,7% dari dana IPO untuk melakukan renovasi dermaga dan infrastruktur. Lalu sekitar 11,9% untuk pembelian mesin cuci pasir dan pemurnian.

Terakhir, dari sisa hasil dana IPO atau sekitar 14,6% akan digunakan untuk modal kerja dalam rangka mendukung kegiatan operasional perseroan secara umum.

“Pada prinsipnya kami turut optimis bahwa Indonesia akan mampu menjadi negara poros maritim dunia sebagaimana ditargetkan pemerintah saat ini,” ujar Kurnyatjan.

Reporter: Zahwa Madjid