Saham emiten yang bergerak di binis energi baru terbarukan (EBT) kompak melesat menjelang implementasi perdagangan perdana bursa karbon pada Selasa pekan depan, 26 September 2023.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelumnya telah memberi izin Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai penyelenggara bursa karbon di Tanah Air berdasarkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 14 Tahun 2023 tentang Perdagangan Karbon melalui Bursa Karbon dan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) Nomor 12/SEOJK.04/2023 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Perdagangan Karbon melalui Bursa Karbon.
Dalam riset teranyar NH Korindo Sekuritas Indonesia (NHKSI), perdagangan bursa karbon diperkirakan akan berimplikasi positif terhadap sejumlah emiten EBT di BEI seperti PT Pertamina Geothermal Tbk (PGEO) yang bergerak di bisnis pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Kemudian, perusahaan yang terafiliasi dengan konglomerat Prajogo Pangestu, PT Barito Pacific Tbk (BRPT), perusahaan induk dari PT Barito Renewables Energy (BREN) juga masuk dalam daftar 10 perusahan panas bumi terbesar di dunia bakal menangguk cuan.
Selanjutnya, bursa karbon juga bakal memberi keuntungan bagi korporasi yang bergerak di bisnis pembangkit listrik tenaga hidro seperti PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN) dan PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) milik Grup Astra. Dalam catatannya, NHKSI menyebut, KEEN memiliki PLT biomassa dan solar panel.
"TECPO merupakan raksas PLT asal Jepang yang menggenggam kepemilikan 25% saham KEEN," tulis NH Korindo, dikutip Rabu (20/9).
Emiten selanjutnya yang ditaksir kecipratan berkah bursa karbon adalah perusahaan yang menjual olahan kayu dan timber yakni Integra Cabinet Tbk (WOOD), dan PT SLJ Global Tbk (SULI) yang masuk perdagangan karbon.
Terakhir, saham yang juga diprediksi menuai keuntungan dari perdagangan karbon adalah PT Mutuagung Lestari Tbk (MUTU). Perusahaan ini bergerak di sektor bidang Verifikasi Gas Rumah Kaca. Verifikasi atau validasi Gas Rumah Kaca (GRK) adalah kegiatan untuk melihat kesesuaian upaya yang telah dilakukan terhadap pengurangan dan penurunan emisi dari kegiatan yang dilakukan.
Secara terpisah, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus berpendapat, pada saat ini potensi bursa karbon memang belum bisa diukur seberapa besarnya terhadap emiten secara langsung.
Namun, bila dilihat dari sisi pendapatan, keberadaan bursa karbon akan menguntungkan Indonesia. "Apalagi ada perdagangan karbon yang berbasis kinerja, yang di mana ini tentu memberikan keuntungan yang lebih besar karena tetap berada di Indonesia nantinya," kata Nico kepada Katadata, Jumat (25/8) lalu.
Berikut secara rinci kenaikan harga saham emiten EBT di bursa dalam sebulan terakhir:
1. Pertamina Geothermal Energy (PGEO) 44,02%
2. Barito Pacific (BRPT) 61,45%
3. Kencana Energy Lestari (KEEN) 23,03%
4. Arkora Hydro (ARKO) 12,32%
5. Integra Cabinet (WOOD) 1,79%
6. SLJ Global (SULI) 39,53%
7. Mutuagung Lestari (MUTU) 18,30%.