Emiten yang Masuk Bursa Karbon Lebih Diminati Investor, Ini Sebabnya

Katadata/Patricia Yashinta Desy Abigail
Peluncuran perdana bursa karbon di Bursa Efek Indonesia
10/10/2023, 19.08 WIB

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik menyebut investor akan meraih keuntungan lebih apabila ikut transaksi di bursa karbon. Hal ini mengingat, saat ini masih banyak perusahaan yang belum melihat urgensi bursa karbon di tengah belum terbitnya aturan mengenai pajak karbon di Indonesia. 

Jeffrey menilai, dari sisi daya tarik investasi, emiten yang bergerak lebih dini dalam mengadopsi inisiatif terkait emisi karbon akan mendapatkan keunggulan kompetitif dan daya tarik yang lebih besar bagi investor.

Dia memberi contoh, jika ada ada dua emiten dalam sektor yang sama dengan valuasi harga saham yang sama. Salah satunya telah mengimbangi kegiatan operasionalnya dengan membeli unit karbon di bursa karbon, sementara yang lainnya tidak. 

Maka, menurut Jeffrey, investor asing akan lebih memilih emiten yang telah mengambil inisiatif untuk mengimbangi emisi karbon mereka. Hal ini mencerminkan adanya benefit lain di luar compliance benefit yang dapat diperoleh oleh emiten yang proaktif dalam mengurangi dampak lingkungan mereka.

Compliance benefit merupakan manfaat dari taat terhadap peraturan yang mencakup kredibilitas dan reputasi positif di mata pelanggan dan investor. Ia menyebut, pelanggan dan investor akan lebih memilih emiten yang sudah mematuhi peraturan lingkungan.

“Dengan membeli unit karbon di bursa karbon kira-kira emiten mana yang akan dipilih oleh investor asing. Artinya akan ada benefit lain (yang diincar), di luar compliance benefit,” ucap  Jeffrey dalam acara Edukasi Wartawan terkait Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon), Selasa (10/10).

Oleh sebab itu, kata Jeffrey, partisipasi aktif di bursa karbon dapat memberikan berbagai manfaat, baik dari segi compliance maupun dari segi reputasi dan investasi.

Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi menyebutkan, total nilai perdagangan karbon pada 26 September 2023 sampai 29 September 2023 mencapai Rp 29,21 miliar dengan volume unit karbon yang diperdagangkan mencapai 459.953 ton co2 ekuivalen.

 
Reporter: Nur Hana Putri Nabila