PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memecahkan rekor baru dalam pencatatan saham atau listing sebanyak 68 perusahaan pada Jumat (6/10) lalu. Jumlah IPO ini mengalahkan rekor sebelumnya pada tahun 1990 dengan 66 pencatatan saham perdana. Artinya BEI berhasil menorehkan rekor penawaran umum perdana (initial public Offering (IPO) selama 33 tahun terakhir.
Bahkan per Rabu (11/10), sudah ada 73 perusahaan yang terdaftar di BEI. Berdasarkan skalanya, para emiten itu memiliki aset perusahaan yang beragam.
Namun Founder dan CEO Emtrade Ellen May menyebut emiten-emiten yang baru IPO tersebut sering kali berfluktuasi harga sahamnya, bisa auto reject atas, kemudian stabil, stagnan hingga ada merosot turun.
Lantas bagaimana investor ritel menyikapi hal ini dan memanfaatkan peluang, berikut tips yang dibagikan Ellen May :
Langkah 1: Analisis Teknikal
1. Perhatikan Pattern dan Chart
Perhatikan pergerakan harga saham selama 1 hingga 3 bulan terakhir. Analisis pola harga dan volume perdagangan untuk mengidentifikasi tren. Ellen menyebut jangan memilih saham yang sentuh batas atas atau auto reject atas (ARA) secara terus menerus.
2. Likuiditas
Pastikan memilih saham yang cukup likuid, artinya mudah dibeli dan dijual. Perhatikan batas atas atau pembelian maksimum yang stabil. “Kalau batas atasnya tidak stabil, kadang-kadang tinggi dan kadang-kadang hilang, nah itu agak-agak beresiko juga, ya,” ucap Ellen May dalam channel youtube Ellen May, dikutip Kamis (12/10).
Langkah 2: Analisis Fundamental
1. Bisnis Model Perusahaan
Ellen menyebut jika lebih memilih untuk trading, fokusnya lebih ke harga sahamnya fundamental perusahaan. Hal itu memang bukan yang utama, tapi teknikal harus diperhatikan. Namun apabila berencana untuk investasi saham jangka panjang, maka analisis fundamental perusahaan sangat diperlukan. Cari sejauh mana perusahaan yang memiliki model bisnis yang cenderung defensif, yaitu tidak terlalu siklikal kalau untuk investasi jangka panjang.
2. Pangsa Pasar
Selain itu, Ellen menyarankan untuk mencari emiten dengan pangsa pasar besar dibandingkan dengan pesaing lainnya.
3. Manajemen Perusahaan
Pertimbangkan sejarah dan rekam jejak manajemen perusahaan. Perhatikan apakah mereka memiliki rencana pengembangan yang baik dan apakah mereka telah melaksanakannya dengan baik dalam sejarah. “Kalau bisa hadiri rapat umum pemegang saham karena bisa ketemu langsung dengan manajemen perusahaan,” kata Ellen.
4. Profitabilitas
Ia menyarankan untuk memeriksa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, terutama laba selama tiga tahun terakhir. Cek perbandingan dengan pesaingnya juga tak kalah penting.
5. Proyeksi Masa Depan
Pertimbangkan proyeksi ke depan dari perusahaan tersebut. Apakah ada rencana pengembangan atau inovasi yang dapat mendukung pertumbuhan?
“Kita lihat juga pastinya proyeksi-proyeksi ke depannya dan tujuan dari IPO itu sendiri, apakah untuk pengembangan atau untuk bayar utang. Kalau untuk bayar utang kita mesti pikir-pikir dulu dua kali,” ujarnya.
Ellen may pun menegaskan, jangan terburu-buru dalam pengambilan keputusan. Hindari Fear of Missing Out (FOMO) dengan membeli saham hanya karena popularitas. Selalu pertimbangkan investasi dengan hati-hati dan lakukan riset yang cukup sebelum memutuskan. Ia juga mengatakan, penting untuk memulai dengan investasi kecil.
“Justru yang paling penting adalah step small investasi itu jangan terburu-buru, karena kalau kamu terburu-buru justru malah hasilnya nanti tidak bagus,” ucap ia.