Investor kawakan Lo Kheng Hong mengaku dirinya akan sangat malu jika membeli saham gorengan. Selama bergelut di pasar saham selama 34 tahun ini ia mengaku tidak pernah membeli saham gorengan, tertarik pun tidak katanya.
“Tentu saya tidak pernah membeli saham gorengan, saham gorengan itu biasanya kinerjanya tidak bagus, kinerjanya jelek, valuasinya mahal. Ketika saya membeli gorengan malu buat saya sendiri. Kalau andaikata saya beli saham gorengan, malu buat saya sendiri, malu,” kata Lo Kheng Hong dalam Seminar Utama Capital Market Summit and Expo 2023 di Main Hall BEI, dikutip Senin (30/10).
Pak Lo biasa ia disapa itu pun mengatakan, jangankan saham gorengan, perusahaan yang kinerjanya jelek saja, ia tidak pernah mau untuk membelinya. Ia pun mengaku bisa malu beli perusahaan yang rugi terus.
Saham gorengan adalah saham yang harganya sengaja direkayasa oleh oknum tertentu. Isu ini kerap kali terjadi dalam dunia investasi, bahkan sudah bukan menjadi rahasia umum lagi. Meski termasuk tindakan buruk, nyatanya hingga saat ini, praktek tersebut masih sering dilakukan.
“Yang saya lihat cuan-nya laba perusahaan itu. Kalau rugi saya malas lihat. Kalau untungnya kecil malas lihat. Pertama-tama saya lihat itu labanya dulu, langsung tersortir,” kata Lo Kheng Hong.
Lebih lanjut untuk mencari perusahaan yang bisa mencetak laba di masa depan, menurutnya hal itu bisa ditelisik dari laba selama lima tahun sebelumnya. Apabila perusahaan membukukan rugi selama lima tahun ke belakang, kemungkinan besar juga mengalami rugi ke depannya. Lalu jika laba perusahaan kecil, maka arus kas perusahan tersebut kemungkinan juga kecil.
“Kalau perusahaan itu labanya sebentar rugi sebentar untung, mungkin ke depan akan mengikuti. Kalau labanya besar lima tahun ke belakang labanya tumbuh 20%, tahun depan juga akan memperoleh laba 20% juga meningkat,” jelas Pak Lo.
Kembali Pak Lo mengingatkan ke para investor atas pentingnya membaca laporan tahunan perusahaan, mencari tahu siapa pengendali perusahaan, integritas para pemimpinnya, termasuk laba rugi dan aset, serta utang perseroan. Selain itu juga perlu diketahui price to earning ratio (PER) dan price to book value (PBV). Indikator-indikator itu lah yang mutlak dilihat pria berusia 64 tahun itu dalam mencari Mercy harga Bajaj.
“Belilah kinerja perusahaan yang bagus, kemudian kita menunggu sampai dia naik kembali. Cari, jangan pernah beli kucing dalam karung. Baca laporan keuangannya karena itu kunci keberhasilan seorang investor saham, tidak ada cara lain,” ujar Pak Lo.
Tak kalah penting, kunci keberhasilan dalam investasi pasar modal sambung Pak Lo adalah tekun membaca dan berpikir kritis. Bahkan, dalam pengalamannya yang lebih dari tiga dekade di pasar modal, ia berani menyebut lulusan SD pun dapat menjadi investor saham yang sukses, asalkan memahami kalkulasi dasar seperti perkalian, pembagian, dan penjumlahan.
“Saya baca keterbukaan informasi BEI ada 300 pengumuman, saya tidak perlu dengar lagi rumor-rumor. Saya betul-betul biasanya perusahaan publik melakukan aksi korporasi memberi tahu Bursa Efek Indonesia, setiap investor membaca dalam waktu yang sama,” katanya.
Tak heran kini pada usianya ke 64 tahun, Pak Lo merupakan salah satu investor dengan aset triliunan rupiah, hasil dari investasinya sejak usia 30-an. Padahal dulu ia hanya seorang pegawai tata usaha di salah satu bank swasta nasional Tanah Air.