Covid-19 Kembali Melonjak, Saham Kesehatan Diproyeksikan Ikut Terkerek
Kasus Covid-19 di Jakarta melonjak sebanyak 30% sampai 40% per 3 Desember dibandingkan sepekan sebelumnya. Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ngabila Salama menyampaikan lonjakan kasus tersebut di DKI Jakarta terakhir terjadi pada Mei – Juni.
Oleh karena itu, fase pandemi ke endemi diumumkan pada Juni. Namun kini kasus Covid-19 di DKI Jakarta kembali naik, meski masih tergolong aman dan sangat terkendali. Di sisi lain, sejumlah apotek dan toko di negara tetangga Singapura kehabisan alat tes antigen. Hal ini setelah lonjakan Covid-19 muncul disana selama beberapa waktu belakangan.
Menilik kondisi tersebut, saham-saham kesehatan diproyeksikan akan ikut menguat seiring lonjakan Covid-19. Menurut Equity Analis Kanaka Hita Solvera, William Wibowo, saham-saham yang menarik secara teknikal di antaranya PT Sarana Meditama Metropolitan Tbk (SAME), PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF).
“Saya pikir ini akan menjadi sentimen positif bagi sektor kesehatan,” kata William kepada Katadata.co.id, Jumat (8/12).
Sementara William juga memproyeksikan harga saham terendah dan tertinggi untuk saham-saham tersebut yakni sebagai berikut:
- IRRA: Support 480, Resistance 670
- KAEF: Support 800, Resistance 1.200
- KLBF: Support 1.450, Resistance 1.750
- SAME: Support 320, Resistance 392
Sementara mengutip Emtrade.id, lonjakan kasus Covid-19 di Singapura turut menjadi faktor pendorong yang mendongkrak harga saham kesehatan. Dilaporkan bahwa kasusnya meningkat dua kali lipat menjadi 22.094 kasus pada 19–25 November 2023. Kasus Covid-19 di Jakarta juga turut melonjak.
Dengan demikian, hal ini akan menjadi sentimen positif bagi sektor healthcare. Namun, untuk saat ini tampaknya masih cukup terkendali dan keterisian kasur rumah sakit untuk pasien Covid-19 di Indonesia juga tak naik pesat.
Di samping itu, tercatat bahwa selama tahun-tahun Pemilu yang lalu, output sektor healthcare secara keseluruhan mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi, rata-rata 9,8% dibanding periode biasa 6,4%. Oleh karena itu, ada peluang untuk sektor kesehatan menjadi salah satu penerima manfaat potensial dari belanja konsumen yang lebih tinggi pada tahun Pemilu.
Meskipun catatan kunjungan selama kuartal Pemilu biasanya menunjukkan angka yang lebih rendah, namun hal ini diyakini lebih terkait dengan musim triwulanan dan jumlah hari produktif.