Indeks bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street mayoritas turun pada penutupan perdagangan Kamis (4/1). Nasdaq merosot dalam lima hari berturut hingga mencatat penurunan terpanjang sejak Oktober 2022.
Penurunan ini lagi-lagi dipicu oleh saham-saham teknologi sehingga Nasdaq Composite turun 0,56% dan ditutup di level 14.510,30. Sejak penutupan pada 27 Desember 2023 lalu, indeks ini anjlok hampir 4%.
Sementara itu, S&P 500 juga melemah sebesar 0,34%, mencatat hari penurunan keempat berturut-turut dan ditutup di 4.688,68. Hanya Dow Jones Industrial Average yang naik tipis sebesar 10,15 poin atau 0,03%, ditutup pada 37.440,34.
Saham-saham teknologi berkapitalisasi besar seperti Apple mengalami performa buruk pada awal tahun ini.
Bahkan sebagian disebabkan oleh tingginya valuasi dan ketidakpastian terkait kebijakan suku bunga Federal Reserve. Akhirnya, ketidakpastian ini membuat para investor khawatir bahwa pasar terlalu optimis.
Saham Apple telah merosot lebih dari 5% selama pekan ini. Pada Kamis (4/1), saham raksasa teknologi tersebut turun lebih dari 1% setelah mengalami penurunan peringkat dari Piper Sandler, yang terjadi dua hari usai Barclays juga menurunkan peringkatnya.
Tak hanya itu, kinerja Wall Street baru-baru ini juga menunjukkan kontras yang signifikan dibandingkan dengan penutupan 2023. S&P 500 berhasil menyelesaikan tahun sebelumnya dengan lonjakan lebih dari 24% hingga menandai kemenangan mingguan terbaiknya sejak 2004.
Meskipun terjadi penurunan baru-baru ini di pasar, Kepala Strategi Investasi Citi Global Wealth, Steven Wieting, tidak yakin bahwa hal ini akan memiliki dampak yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Ia juga tidak menganggap beberapa hari terakhir ini sebagai sesuatu yang signifikan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Bahkan, Wieting berpendapat bahwa S&P 500 dapat mengakhiri tahun ini di sekitar level 5.000, yang mengindikasikan kenaikan lebih dari 6%
“Ini benar-benar lemparan koin statistik,” kata Wieting dikutip CNBC, Jumat (5/1).