Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis bahwa jumlah pengguna jasa bursa karbon dapat mencapai lebih dari 100 pada 2024. Proyeksi tersebut telah memperhitungkan tercapainya integrasi sistem Apple Gatrik dengan sistem registrasi nasional pengendalian perubahan iklim (SRN-PPI).
“ Target kami adalah penambahan 50, paling tidak. Artinya, kalau di akhir tahun kemarin itu 46, akhir tahun 2024 paling tidak 96, lebih dari 100 kami optmis,” ujar Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik di Gedung BEI dikutip Selasa (30/1).
Selain itu, Jeffrey mengatakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memiliki peran krusial dalam perkembangan bursa karbon di Indonesia.
Kementerian ESDM bertanggung jawab sebagai penerbit sertifikat pengurangan emisi, sementara KLHK mengatur Sistem Registrasi Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN-PPI). Ia menyebut semua perdagangan unit karbon harus melalui proses registrasi di SRN-PPI.
Dengan demikian, Jeffrey berharap bahwa sinkronisasi antara sistem Apple Gatrik dan SRN-PPI akan berdampak positif dengan meningkatkan suplai di SRN-PPI di masa mendatang. Jika suplai di SRN-PPI meningkat, maka pilihan bagi permintaan di bursa karbon juga akan meningkat secara bersamaan.
“Ya kami harapkan dengan adanya pilihan-pilihan itu, ya demand juga bisa meningkat,” ucap Jeffrey.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga optimistis transaksi di Bursa Karbon tahun ini bakal tumbuh dengan adanya peningkatan jumlah unit yang ditransaksikan dari skema karbon kredit dan skema allowance.
Skema karbon kredit atau Sertifikasi Penurunan Emisi Indonesia Gas Rumah Kaca (SPE-GRK) merupakan surat bukti pengurangan emisi oleh usaha atau kegiatan yang tercatat dalam Sistem Registri Nasional (SRN). Sementara itu, skema allowance adalah skema yang memungkinkan perusahaan yang mengeluarkan sedikit emisi karbon dapat menjual sisa batasannya kepada perusahaan yang mengeluarkan emisi karbon lebih besar dan melewati batasan per tahun.
Sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 29 Desember 2023, tercatat 46 pengguna jasa di bursa karbon yang mendapatkan izin untuk bertransaksi, dengan total volume sebesar 494.254 tCO2e.
Akumulasi nilai transaksi pada periode tersebut mencapai Rp 30,91 miliar. Rinciannya 30,38% di pasar reguler senilai Rp 9,39 miliar, 9,83% di pasar negosiasi senilai Rp 3,04 miliar, dan 59,79% di pasar lelang senilai Rp 18,48 miliar.